Merakyatnya Jokowi juga sudah mulai dipertanyakan untuk hal-hal yang lain. Ketika ada ribuan karyawan Freeport yang diPHK datang meminta keadilan ke istana negara, mereka tidak diperdulikan. Begitu juga dengan cara Jokowi memanjakan Megawati. Megawati dibuatkan oleh Jokowi sebuah lembaga dan digaji hingga ratusan juta per bulan. Â Dimana Empati Jokowi terhadap ekonomi lesu yang dihadapi mayoritas rakyatnya?
Kembali lagi ke slogan-slogan yang terlihat akan di-brand ke sosok Jokowi saya yakin itu tidak akan efektif.
Dan kembali lagi ke Show International Jokowi yang mengendarai Moge menuju GBK untuk meresmikan acara pembukaan Asian Games. Â Sekali lagi menurut saya itu amat sangat tidak perlu.
Kalau menjawab pertanyaan mengapa Jokowi harus memaki Moge secara atraktif dan meliuk-liuk untuk menuju GBK bahwa itu dikarenakan macet  yang terjadi di jalan ibukota, tentu itu jawaban yang hanya mengada-ada.
Kalau memang jalanan macet dan Jokowi  harus buru-buru, kok masih sempat menyapa anak-anak sekolah yang sedang menyebrang jalan?  Pake buka helm untuk membuat anak-anak kaget bahwa ternyata itu Jokowi.
Secara estetika Video Clip yang bagus itu sebenarnya tidak sinkron dengan esensi  Pesta Olahraga Asia Terbesar.  Panitya seharusnya meng-headline-kan Acara Pembukaannya. Tapi yang terjadi yang di-Headline-kan malah sosok Capres Pilpres 2019.  Ini sangat mengada-ada.
Saya baca kemarin di media-media social , semua orang meributkan Stuntman yang berperan dalam video itu. Ributnya mulai dari Stuntman nggak pake cincin Jokowi, Stuntman ternyata Impor dan ributnya netizen karena Video itu dibuat dengan biaya (katanya) sekitar 53 Milyar rupiah.
Hanya untuk memoles-moles sosok Jokowi agar terlihat trendy menjelang Pilpres 2019 , mereka harus merogoh kocek sampai Rp. 50 Milyar (entah duit tim kampanye atau duit pemerintah), sementara itu Gempa di Lombok kira-kira sudah berapa Milyar dana disalurkan ke sana?
Sekali lagi kita dipertontonkan dengan hal-hal yang luar biasa tidak penting sementara hal-hal yang sangat penting benar-benar diabaikan rezim yang berkuasa.
Done.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H