Nah kenapa kepala saya mendadak jadi gatal?
Mari kita bandingkan Hasil Survey antara Poltracking pada tanggal  19 Januari lalu dengan Hasil Survey Indikator Politik pada 25 Januari 2017 dan Survey LSI 17 Januari 2017.
Selisih tanggal antar masing-masing survey hanya dalam kisaran seminggu. Seminggu itu dalam perhitungan matematika saya tidak mungkin akan membuat perubahan Elektabilitas mencapai 1% dari masing-masing kandidat. Jadi seharusnya hasil survey ketiga lembaga survey ini tidak akan berbeda jauh. Paling maksimal hanya di kisaran 1-2% saja.
Cekidot yang berikut ya kawan :
1.Angka Elektabilitas Ahok pada Survey Indikator terkesan terlalu tinggi (Terlalu jauh perbedaannya). Ini aneh.
2.Selisih Angka Elektabilitas antara Anis dan Agus di Survey Indikator terlalu tipis perbedaannya. Hanya sekitar 0,2%.Ini  juga terasa aneh. Bandingkan dengan  2 lembaga survey lainnya perbedaannya bisa diatas 2%.
3.Angka Responden yang tidak menjawab pada survey Indikator itu terlalu tinggi yaitu : 14,5%. Ini kurang memadai untuk sebuah hasil survey. Â
4.Metode Survey yang dipakai ternyata berbeda sendiri. Di Detiknews ditulis Metode yang dipakai stratified multistage random sampling. tetapi metode itu saya tidak kenal. Diantara 9 metode survey yang saya ketahui diantaranya ada metode stratified random sampling selain metode Multi Stage Random Samplingyang memang selama ini paling kompeten.
Kalau benar Metode yang dipakai Burhanudin Muhtadi adalah stratified random sampling, maka itu mengherankan buat saya. Apa alasan  Burhanudin menggunakan metode yang lebih simple dari Multi Stage Random Sampling?
Apakah itu intruksi Metro TV untuk memakai Metode itu? Hahahahahaha.