Daddy Issues adalah efek psikologis yang dialami seseorang karena ia memiliki hubungan yang tidak sehat dan kurang harmonis dengan ayahnya, atau bahkan tidak merasakan kehadiran sosok ayah dalam hidupnya. Meski dapat dialami oleh siapa saja, daddy issues lebih sering terjadi pada wanita. Sebenarnya, daddy issues bukan istilah resmi dalam dunia kesehatan namun seringkali dipakai untuk menggambarkan kondisi psikologis seseorang.Â
Dewasa ini, kata 'daddy issues' sedang trend dipakai untuk orang yang memiliki perilaku yang bermasalah terkait figur ayah di hidupnya. Pada kolom pencarian platform TikTok, kata kunci 'daddy issues' dan 'cegil' kerapkali muncul sebagai trending. Hal ini menunjukkan bahwasanya di dunia ini, khususnya di Indonesia terdapat banyak anak perempuan yang tidak mampu merasakan kehadiran figur ayah didalam hidup mereka. Kehadiran sosok ayah memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan psikologis dan sosial seorang anak. Ini karena pola ikatan antara ayah dan anak yang terbentuk sejak kecil akan memengaruhi cara anak membangun hubungan dengan orang lain di masa depan.Â
Beberapa riset menunjukkan, anak yang memiliki ikatan yang sehat dengan ayah dan ibunya umumnya akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri, lebih cerdas, dan memiliki empati serta karakter yang baik. Berlawanan dengan isu ini, yang dimana seorang anak perempuan sering tidak diperhatikan, tidak mendapatkan haknya sebagai seorang anak dan mendapatkan perlakuan yang kasar secara verbal maupun fisik dari ayahnya. Daddy issues berangkat dari konsep father's complex yang pertama kali dicetuskan ilmuwan psikologi, Sigmund Freud. Konsep ini menggambarkan impuls bawah sadar yang terjadi karena hubungan negatif dengan ayah seseorang, kebalikan dari Oedipus Complex. Pada dasarnya, peran ayah dalam parenting memegang peranan penting dalam membentuk karakter seorang anak. Apabila seorang anak tidak mendapatkan ikatan yang baik dari ayahnya, maka seorang anak akan sulit mepercayai orang lain, terutama ayahnya, ingin selalu mencari perhatian, dan haus kasih sayang dari lelaki lain. Anak yang kurang mendapatkan kasih sayang dari ayahnya juga lebih berisiko terjebak dalam toxic relationship dikarenakan ia terus menerus mencari kasih sayang yang tidak ia dapatkan dari ayahnya ke lelaki lain.
Seseorang berisiko mengalami daddy issues jika ia memiliki ayah yang bersifat dingin, ditinggal mati oleh ayah ketika masa anak-anak, atau terjebak dalam hubungan yang toxic dengan ayahnya. Sementara itu, faktor tertentu, seperti gangguan kepribadian, depresi, atau toxic masculinity pada sang ayah, juga bisa membuat hubungannya dengan anak-anaknya menjadi kurang harmonis, sehingga membuat anak berisiko mengalami daddy issues.
Tanda-tanda Seseorang Mengalami Daddy Issues
Daddy issues memang bukan masalah kesehatan mental, tetapi kondisi ini bisa memengaruhi pola pikir, sikap, karakter, dan perilaku seseorang. Daddy issues juga bisa memengaruhi hubungan romantis atau percintaan orang yang mengalaminya.
Berikut ini adalah beberapa tanda seseorang mengalami daddy issues:
1. Tertarik pada orang yang lebih tua
Seseorang yang mengalami daddy issues biasanya cenderung lebih tertarik untuk menjalin hubungan romantis, baik pacaran atau menikah, dengan orang yang usianya lebih tua. Ini karena mereka mendambakan kehadiran sosok ayah atau father figure yang bisa memberikan perhatian, kasih sayang, dan rasa aman, yang tidak mereka dapatkan pada masa anak-anak.
2. Selalu butuh kepastian dan perhatian
Saat menjalani sebuah hubungan, orang yang mengalami daddy issues kerap kali merasa insecure dan takut akan ditinggalkan oleh pasangannya. Pasalnya, mereka cenderung sulit untuk mempercayai orang lain dan hal ini akan mendorong mereka untuk selalu menuntut kepastian, perhatian, dan kasih sayang dari pasangannya secara terus-menerus. Orang yang memiliki daddy issues juga biasanya akan merasa sangat bergantung pada pasangannya.