Film Racun Sangga: Santet Pemisah Rumah Tangga garapan Rizal Mantovani sukses mencuri perhatian penonton di awal dengan premis horor atmosferik yang menjanjikan. Namun sayangnya, film ini terasa kehilangan arah begitu mendekati klimaks, meninggalkan rasa kecewa di akhir cerita.
Rizal Mantovani, yang dikenal lewat karya-karya horor berbumbu thriller dan gore, kali ini memilih pendekatan yang lebih subtil dengan drama konflik rumah tangga dan elemen body horror. Penonton awalnya dibuat betah dengan atmosfer mencekam yang diracik dengan sinematografi menarik, termasuk penggunaan kamera POV ala CCTV yang bikin visualnya terasa segar. Namun, seiring berjalannya waktu, kelemahan naskah mulai terlihat jelas, terutama di bagian akhir yang kurang menggigit.
Salah satu aspek yang paling disoroti adalah scoring-nya. Meskipun musik latar ritual tarian khas daerah sempat memberikan kesan otentik, penggunaan sound yang terlalu berlebihan justru mengganggu dan bikin kuping pekak. Akting dua karakter utama, Frederika dan Fahad Haydra, pun terasa "aman" dan gagal membangun chemistry yang kuat. Jika didukung oleh pemain dengan dinamika yang lebih tajam, potensi emosi dalam konflik rumah tangga ini pasti bisa lebih tergali.
Skenario yang ditulis oleh Gina, meski stabil di awal, mulai terasa datar di pertengahan. Plot twist yang mudah ditebak dan penggarapan cerita yang kurang matang membuat film ini kehilangan momentum. Sebagai debut penulis skenario, Gina sebenarnya berhasil menjaga fondasi drama lebih grounded dibandingkan horor sejenis seperti Guna Guna Istri Muda.
Meski penuh kekurangan, film ini tetap menyajikan sisi menarik dengan menggali kisah santet mematikan dari Kalimantan. Berdasarkan kejadian nyata, Racun Sangga mengangkat fenomena mistis tentang dendam yang dieksekusi melalui kekuatan gaib untuk menghancurkan rumah tangga. Rizal Mantovani berhasil menciptakan detail ritual santet dengan apik, mengombinasikan elemen religius seperti ayat-ayat Al-Qur'an dengan suasana horor yang kelam.
Sayangnya, potensi besar ini justru tersendat di klimaks yang kurang maksimal. Rizal seolah "ditahan" untuk sepenuhnya mengeksplorasi ide gelap yang ingin ia suguhkan, sehingga eksekusinya terasa nanggung.
Secara keseluruhan, Racun Sangga: Santet Pemisah Rumah Tangga adalah film horor yang punya modal besar dari segi atmosfer, visual, dan konsep. Namun, naskah yang kurang matang dan akting yang datar membuat film ini terasa antiklimaks. Rizal Mantovani berhasil menciptakan momen-momen mengganggu, tapi tidak cukup kuat untuk menyelamatkan keseluruhan cerita. Film ini menjadi pengingat bahwa tidak cukup hanya mengandalkan visual dan scoring untuk menyampaikan teror---pondasi cerita yang kuat adalah kuncinya.
Jika kamu mencari horor dengan pendekatan lebih atmosferik dan minim jumpscare, film ini mungkin masih layak ditonton. Tapi jangan berharap terlalu tinggi---Racun Sangga mungkin bakal bikin kamu kecewa di akhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H