"Di kota, sonde ada lai yang namanya gotong royong. Masing-masing urus diri." Ini adalah jawaban yang saya dapatkan ketika iseng bertanya ke tukang ojek (driver sepeda motor) ketika menggunakan jasa ojek untuk pulang ke rumah sepulang sekolah.Â
Saya bertanya tentang apakah di Labuan Bajo masih ada kebiasaan gotong royong? Jika diartikan jawabannya kedalam Bahasa Indonesia yang baku maka berarti "Di kota, tidak ada lagi budaya gotong royong. Masing-masing orang mengurusi dirinya sendiri."Â
Beliau sepertinya menghidupi atau mungkin kepahitan dengan pola hidup masyarakat di kota Labuan Bajo yang individualis.
Gotong royong adalah budaya bangsa Indonesia. Hadir berdampingan dengan Bhinneka Tunggal Ika membentuk integrasi nasional. Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia yang berarti walaupun berbeda-beda namun tetap satu.Â
Semboyan ini menggambarkan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. Persatuan dan kesatuan bangsa sejalan dengan tekad pemuda bangsa Indonesia untuk bersatu melalui konsensus Sumpah Pemuda dan dasar negara Indonesia.Â
Memaknai persatuan dan kesatuan dalam perbedaan yang dimiliki bangsa Indonesia, telah hadir sejak lama budaya gotong royong.Â
Gotong royong merujuk kepada kerja-kerja yang dilakukan secara bersama-sama untuk tujuan tertentu dengan mengakomodir perbedaan di dalam masyarakat.
Budaya gotong royong telah ada berdampingan dengan sejarah perjuangan bangsa. Leluhur bergotong royong mengusir penjajah, menolong satu sama lain dalam proses pembangunan rumah ibadah, bergotong royong membantu sesama yang mengalami musibah dan lain sebagainya.Â
Budaya gotong royong kemudian hadir menjadi salah satu elemen pemersatu bangsa yang menghadirkan integrasi bangsa. Integrasi bangsa merujuk kepada pembauran (membaur) hingga membentuk kesatuan yang utuh atau bulat, tidak terpecah-pecah. Identitas ini hadir dimana-mana, hingga ke pelosok Indonesia.
Akan tetapi, kini budaya gotong royong yang menjadi identitas bangsa sepertinya telah memudar. Seperti jawaban yang saya dapatkan dari tukang ojek yang mengatakan bahwa budaya gotong royong telah memudar di perkotaan. Akan tetapi, apakah benar demikian?