Mohon tunggu...
Wiana Paragoan
Wiana Paragoan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menulislah sampai kau tak punya daya lagi. Abadikanlah setiap momen lewat kata dan ga mbar. Penyayang kucing. Pencinta kopi dan teh. Want to know more about me, visit my blog at angkothijau.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pulang Kerja Langsung Ke Singapura

18 Mei 2012   10:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:08 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ciee, gaya banget ya, pulang kantor langsung kabur ke Singapura. Tertarik bikin tulisan dengan judul ini, lantaran sering baca artikel di kompas.com dengan judul Pulang Kantor, Langsung Ke… Dan kebetulan, tulisan saya ini merupakan kisah nyata. Rangkuman saat kabur ke Singapurasetelah letih bekerja. Uhuy ya alasannya. Jumat sore, 14 Oktober 2011, rombongan kami yang berjumlah 20 orang-an itu segera meluncur ke Bandara Soekarno Hatta. Banyak pengalaman lucu di Soetta. Saya dan 2 rekan hampir ditinggal pesawat. Penyebabnya antrian yang panjang saat mengurus keimigrasian. Saya dan 2 rekan pun dengan terengah-engah memasuki pesawat. Dan ketika masuk pun dipelototin penumpang satu pesawat. Maafkan kami ya. Sepanjang perjalanan menuju Singapura, ada saja ulah teman-teman sekantor yang membuat suasana jadi hidup. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, sebenarnya malu juga, karena bikin gaduh di pesawat hehehe.. Untungnya sih bikin gaduh berjamaah, jadi malunya gak terasa. Waktu tempuh Jakarta ke Singapura sekitar 2 jam lebih. Sesampai di hotel, kami tidak sempat istirahat. Kami menginap di Hotel Paramount. Masuk ke kamar hotel, hanya untuk menaruh koper. Ganti baju pun tidak sempat. Karena kami sudah ditunggu jemputan. Padahal rencananya, begitu sampai hotel saya ingin mengisi baterai Blackberry sebentar. Tapi urung lantaran saya juga lupa membawa colokan T. Yasudah, buru-burulah saya dan yang lainnya ke lobi hotel. Si guide berencana membawa kami ke Mustofa Swalayan yang berada di Little India. Kalau ada yang mau memborong cokelat, nah di sanalah surganya. Sebenarnya tidak hanya cokelat yang dijual di sana. Tapi ada juga aksesoris, perkakas rumah tangga, alat-alat elektronik. Dan di sana saya juga menemukan colokan T. Akhirnya si Bebe bisa hidup lagi. Tapi sebelum kalap belanja cokelat, kami makan malam dulu dong. Maklum, perut belum diisi sejak berangkat dari Jakarta. Di Little India ini sebenarnya banyak pilihan restorannya. Menunya tidak melulu berbau India sih, walaupun restoran yang saya pilih restoran yang menyajikan makanan India. Eh, tapi jujur saja nih, saya tertipu dengan nama rsetorannya. Madura. Saya pikir ini restoran Indonesia yang menyajikan makanan Madura, ternyata bukan. Madura adalah restoran yang menyajikan makanan India. Teman saya sih sudah mengingatkan kalau di sini porsinya besar, bisa dimakan dengan 3 orang. Dalam hati saya cuma bilang, masa sampai segitunya sih?. Karena gak percaya, saya tetap pesan untuk diri saya sendiri. Apalagi si pelayan keukeuh bilang ‘This portion is suitable for you’. Nah, karena sudah diyakinkan begitu, ya dengan mantap, saya pesan untuk diri sendiri. Pilihan saya, Nasi Goreng India (saya lupa namanya euy dan fotonya juga sudah dihapus). Minumnya cukup air mineral. Saat pesanan saya datang, saya takjub, cuma bisa melongo liat porsi yang super jumbo waaah ini sih gak bakal habis. Dan lucunya, nasi gorengnya harus disiram dengan bumbu cair yang tajam aromanya. Tau gak sih, harga satu porsi nasi goreng itu 10 dollar Singapura. Kalau dirupiahkan, Rp 70.000. Wuiih, mahalnya. Minum air mineral botolan 2 dollar Singapura. Kalau hidup di sini, harus punya gajinya yang tinggi, karena biaya hidup mahal. Kelar makan dan belanja di Mustofa, kami langsung menuju Hotel. Merebahkan diri, karena kegiatan esok pagi lebih padat. Merlion dan Universal Studio 15 Oktober 2011. Kelar sarapan di hotel, kami langsung menuju ke Merlion. Tujuannya sih cuma buat bernarsis ria di patung singa yang mengeluarkan air itu . Sengatan matahari sama sekali tidak menyurutkan kenarsisan kami. Sumpah lho, Singapura itu panas banget udaranya. Seperti sedang berada di Pelabuhan Tanjung Priok. Untungnya sunblock saya merknya terpercaya, saya pakai produk keluaran Natasha (numpang promosi). Puas melampiaskan kenarsisan, kami pun menuju Universal Studio. Di sana bisa mencoba semua wahana yang memacu adrenalin. Gak usah disebutin satu-satu lah ya. Pokoknya menyenangkan. Nah, di sini makanannya juga mahal harganya. Untuk satu paket ayam penyet saja kudu bayar 10 dollar Singapura. Paketnya pun hanya terdiri dari ayam, nasi putih, puding dan jus jeruk. Beruntung bagi rekan yang sempat membungkus sarapan dari Hotel. Lumayan menghemat pengeluaran. [caption id="attachment_177802" align="aligncenter" width="300" caption="Saat bermain di Universal Studio"]

1337336221748826921
1337336221748826921
[/caption] Panasnya Singapura saat itu, benar-benar membuat kulit perih dan pandangan jadi berkunang-kunang. Belum lagi saya mencoba minum air langsung dari keran yang mudah ditemui di Universal Studio ini. Dan rasanya aneh di tenggorokan saya. Capek bermain di Universal Studio, kami pun menuju Sentosa Island untuk menonton pertunjukan Song of the sea. Sebuah pertunjukan teater musikal, tapi lokasinya di tepi pantai. Dan dilengkapi sounds efek dan cahaya yang luar biasa kerennya. Saya kasih banyak jempol deh. Setelah menikmati teater musikal kami pun menuju kawasan Geylang untuk menyantap makan malam. Menunya nasi ayam. Sebenarnya saya tidak suka dengan menu ini, tapi ya hanya ini yang ada dan gratis pula. Sudahlah, makan saja daripada perut kosong. Oya, ada sedikit cerita tentang kawasan Geylang. Sebelum sampai ke tempat makan malam, kami sempat dibawa keliling kawasan Geylang oleh si supir. Geylang merupakan area lampu merah (prostitusi) di Singapura. Ada yang legal dan ilegal. Yang ilegal adalah pelacur yang berjejer di pinggir jalan menanti para hidung belang. Pelacur ini dari berbagai etnis, tempat mangkal mereka pun dibagi dalam lorong. Yang legal ya di rumah-rumah. Jika ada lentera merah di rumah itu, biasanya ada wanita malam di sana. Bugis Street.. 3 for ten lah 16 Oktober 2011 Hari terakhir di negara singa nih. Rencananya sih kami bakal dibawa keliling ke Bugis Street, dan Orchard Road. Kali ini kami naik angkutan umum ke tempat tujuan. Yeiy.. angkutan umumnya Singapura sangat nyaman. Bus tingkatnya pun masih terlihat bagus. Sementara di Jakarta sudah punah. Terakhir naik bus tingkat di Jakarta itu sekitar kuliah semester awal, tahun 2000. Angkutan umum yang kami jajal selama di Singapura itu, bus tingkat, Monorail, Kereta dan taksi. Semuanya nyaman, tidak seperti di Jakarta. Semua calon penumpang berbaris rapi saat mengantri. Kalau ada yang coba menerobos pasti dimaki-maki hihihi.. Kembali ke bus tingkat, kami naik yang nomor 12, berhenti di Bugis Street. Bugis Street ini, sekilas mirip gang senggol di kawasan Blok M atau Pasar Jatinegara. Di sinilah surga belanja oleh-oleh dengan harga sangat miring. Harga yang populer itu adalah 3 for ten. Artinya bayar 10 dollar Singapura untuk 3 item. Sebenarnya ada yang lebih murah lagi. 4 for ten bahkan 8 for ten (biasanya sih untuk gantungan kunci). Lumayan menghemat, dengan harga miring, bisa dapat oleh-oleh yang unyu. Konon, katanya barang-barang ini asalnya dari Indonesia juga. Setelah puas berbelanja, kami pun menuju Orchard Road. Di sini juga kawasan berbelanja, tapi dengan harga yang sepadan tentunya. Ada yang lucu nih, saat makan siang di kawasan Orchard. Food court yang saya datangi luar biasa penuhnya. Saya sampai susah mencari tempat duduk, dan ketika makan pun terpaksa terpisah dengan rombongan. Kebetulan saya satu meja dengan beberapa perempuan yang pakaiannya sangat heboh menurut saya. Mereka ada yang berasal dari Filipina dan Thailand. Kami sempat ngobrol, ya sekadar basa basi sih. Dan saya baru tahu, kalau mereka itu profesinya sebagai pembantu rumah tangga. Dan kata mereka, semua yang ada di sini, mayoritas pembantu rumah tangga. Karena setiap hari Minggu merupakan hari libur bagi pembantu rumah tangga di sana. Dan mereka rupanya sangat kompak, menghabiskan hari libur dengan nongkrong di mall. Nah, segitu aja sih, pengalaman kabur ke Singapura setelah jam kerja. Menyenangkan. Sayang, pengalaman ini ditulis agak telat, baru sempat Rencananya sih, jelang akhir tahun 2012, bakal mengulang cerita yang sama. Pulang Kantor, Langsung ke…. (kemana ya? Malaysia mungkin). Bon Voyage. (Angkot Hijau)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun