(Sambungan dari cerita sebelumnya) Ki Gumelar dan Ki Kendil sudah pergi meninggalkan puncak Mahameru untuk kembali ke tempatnya masing-masing. Mereka sudah bertekad untuk menyempurnakan ilmu mereka seperti anjuran Ki Banyu Aji. Mereka juga berjanji akan datang pada undangan Ki Banyu Aji. Kini tinggal Ki Bahuwirya yang berdiri sendirian. Ki Bahuwirya menghela nafas panjang. Dia sadar bahwa saat ini empat pendekar dari empat penjuru ternyata bukan apa-apa. Masih banyak tokoh yang ilmunya jauh di atasnya. Ada dua nama yang ada di benaknya: Ki Banyu Aji dan Manusia Dewa. Dia mengenal Ki Banyu Aji bahkan sudah merasakan bimbingannya yang membuat ilmunya semakin baik. Kalau sebelumnya dia hanya mengenal Ki Banyu Aji sebagai pemilik padepokan muara bengawan solo yang bahkan tidak punya julukan apapun. Sepak terjangnya juga tidak banyak terdengar. Namun ternyata Ki Banyu Aji adalah tokoh luar biasa yang mungkin mempunyai kemampuan yang hampir sama dengan Manusia Dewa. Manusia Dewa adalah tokoh misterius yang tinggal di sekitar gunung Arjuna, meski tidak pernah ada yang tahu tempat tinggalnya dimana. Tokoh ini sangat misterius dan hanya menemui orang-orang yang dikehendakinya. Siapapun yang beruntung bisa bertemu tokoh ini, dijamin ilmunya akan meningkat dengan cepat. Banyak pendekar yang ingin bertemu dengan Manusia Dewa, namun tidak banyak yang pulang dengan tangan hampa. Bahkan banyak dari mereka yang bertarung untuk bisa bertemu dan mati sia-sia dalam pertarungan itu karena akhirnya Manusia Dewa juga tidak pernah bisa ditemui. Tadi Ki Bahuwirya dan teman-temannya sempat ingin membandingkan siapa yang lebih hebat antara Ki Banyu Aji dan Manusia Dewa. Terbersit juga dalam pikiran Ki Bahuwirya untuk menemui Manusia Dewa. Namun akhirnya dibatalkan, lebih baik dia konsentrasi untuk meningkatkan ilmunya seperti anjuran Ki Banyu Aji. Ki Bahuwirya memilih pergi meninggalkan puncak Mahameru dan kembali ke padepokannya. Dia bertekad untuk melatih ilmunya. Namun sebelum dia pergi, ternyata ada seorang yang telah berdiri di depannya tanpa dia tahu kapan dan bagaimana orang itu datang. Ki Bahuwirya mengamati orang ini. Penampilannya biasa saja, hampir sama dengan penampilan orang dusun. Wajahnya teduh dengan senyum yang membuat orang merasa damai. Sorot matanya tajam namun menenangkan. "Manusia Dewa!" Pekik Ki Bahuwirya perlahan. Ada rasa gembira yang amat besar di hatinya saat mengetahui siapa yang ada di depannya. "Ki Bahuwirya, ternyata kau tahu siapa aku. Hebat! Pendekar Tombak Angin Ribut memang tidak bisa diragukan pengetahuan dan ilmu silatnya." Kata orang yang berdiri di depan Ki Bahuwirya, yang ternyata memang Manusia Dewa. "Aku bukan apa-apa. Bolehkah aku mendapatkan petunjukmu." "Ki Bahuwirya, petunjuk dari Ki Banyu Aji sudah lebih dari cukup untukmu. Aku tidak bisa memberikan petunjuk apa-apa lagi." Ternyata Manusia Dewa mengetahui apa yang sudah terjadi. Berarti orang ini sudah datang dari tadi dan menyaksikan apa yang terjadi. Benar-benar luar biasa. Bahkan Ki Banyu Aji yang luar biasa itu tidak menyadari kedatangan orang ini. "Ki Bahuwirya, jangan berpikir macam-macam. Ki Banyu Aji sudah tahu kedatanganku dari tadi. Hanya saja dia tidak ingin menambah masalah." Hah!! Manusia Dewa bisa membaca pikiran Ki Bahuwirya. Ini membuat Ki Bahuwirya semakin kagum dan tunduk. Dan apa yang dikatakan Manusia Dewa juga mengejutkannya. Itu tandanya mereka memang sama-sama mempunyai kemampuan yang luar biasa. "Ki Bahuwirya, aku memang sengaja datang mencarimu untuk menitipkan ini. Sebuah buku tentang ilmu tenaga dingin. Simpanlah. Kaugunakan juga tidak apa-apa. Aku yakin, di tanganmu buku ini akan lebih bermanfaat." Manusia Dewa memberika sebuah buku dari daun lontar yang sudah tua. Ki Bahuwirya gemetaran menerimanya. Tertulis di halaman depan buku itu: "Melatih Tenaga Es". Hati Ki Bahuwirya bersorak. Banyak sekali pendekar yang menginginkan buku ini. Namun ternyata dia yang mendapatkan dengan mudah. Dia ingin mengucapkan terima kasih, namun Manusia Dewa sudah hilang. Hari ini sudah banyak pelajaran yang diterima oleh Ki Bahuwirya. Ki Bahuwirya merasa lega. Dia melangkahkan kakinya meninggalkan puncak Mahameru yang kembali sunyi. (Bersambung) ------ Ditulis oleh Ki Suki
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H