[caption caption="Gapura"][/caption]
Â
Sering kali kita mendengar sebuah pepatah jawa yang sebenarnya sangat berharga untuk kita selami sebagai cermin terhadap diri sendiri.
   Ngluruk Tanpa Bala
   Menang Tanpa Ngasorake
   Sekti Tanpa Aji-Aji
   Sugih Tanpa Bandha
Saya mencoba untuk mengupas satu-persatu apa yang terkandung di dalam pepatah ini. Saya minta maaf bila ada kesalahan dalam menterjemahkan.
Ngluruk tanpa bala artinya berani maju meski tanpa kawan. Ini pertanda sebuah keberanian untuk berbuat, dan keberanian untuk bertanggung jawab. Keberanian adalah modal awal dari sebuah perjuangan apapun, karena dari keberanian inilah lahir semangat dan energi yang besar dalam mencapai apa yang diinginkan.
Menang tanpa ngasorake artinya menang tanpa merendahkan. Sebuah sikap yang agung sebagai hasil perjuangan, dimana setiap perjuangan yang kita lakukan tidak membuat orang lain merasa tersinggung dan sakit. Perjuangan dilakukan dengan cara yang baik, dan dalam keadaaan menangpun kita selalu bersikap baik dengan tidak merendahkan siapapun. Ini pertanda kerendahan hati dan sikap yang tidak pernah menyombongkan diri, dengan sikap ini maka kita mendapatkan sesuatu yang diinginkan tanpa pernah merugikan orang lain ataupun merendahkan orang lain, sehingga saat kita berhasil kita tetap waspada dan kita tetap mendapatkan dukungan baik dari kawan maupun lawan.
Sekti tanpa aji-aji arti kasarnya sakti meski tidak punya ilmu kesaktian, tetapi lebih bermakna berkuasa tanpa menguasai. Ini juga ciri-ciri orang yang hebat, karena dalam kekuasaan apapun dia tidak akan menggunakan kekuasaan itu untuk menekan, tetapi justru untuk melindungi dan merangkul yang lain. Ini sebuah pertanda dari asih dan asuh, dengan kekuasaannya akan menunbuhkan rasa sayang dan memberikan perlindungan bagi yang lain. Kekuasaan semacam ini adalah kekuasaan yang dinantikan dan diharapkan oleh setiap orang. Boleh dikatakan bahwa ini simbol dari seorang pemimpin.
Sugih tanpa bandha artinya kaya tanpa harta, disini justru terlihat sekali penekanan kalimat sebelumnya. Bahwa kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan yang tidak dipengaruhi oleh kebendaan, kebahagiaan hati! Ini adalah pertanda kekuatan hati. Hati yang kuat akan lebih banyak memberi, sehingga dalam keadaan tanpa hartapun dia dianggap kaya oleh orang lain, dan memang sebenarnya itulah kekayaan yang dicari oleh setiap orang.
Dari empat kalimat pepatah jawa itu ada empat kunci yaitu keberanian, rendah hati, pengertian dan lebih suka memberi adalah sebuah sifat untuk menjadi manusia yang benar-benar manusia. Manusia yang membawa amanah dalam kehidupan. Inilah sosok manusia yang bisa diharapkan untuk menjadi pemimpin.
Â