Malam itu. Jam menunjukkan angka 12 tepat. Aku masih di lantai 15. Malam ini banyak sekali naskah yang harus aku review, mana besok harus melaporkan hasil reviewnya dengan profesor. Tinggal satu naskah lagi. "Lantai yang tidak pernah ada". Begitu judulnya. Aneh banget. Apa naskah ini tidak salah masuk? Tapi biar sajalah, aku baca dulu. Besok aku laporkan semuanya. Naskah ini menceritakan sebuah survey bahwa di banyak gedung banyak yang tidak mempunyai lantai 13. Hasilnya cukup mengejutkan, di negara semaju Jepang ini ternyata masih banyak yang percaya dengan cerita ini. Lebih dari 50% tidak ada gedung lantai 13. Survey konyol dan gak ada kerjaan. Tapi di gedungku ini juga tidak ada lantai 13. Wah, sekelas lembaga riset yang berhubungan dengan logika seperti ini masih juga percaya dengan tahyul begini. Aneh juga. Lumayan lah, besok bisa menjadi bahan diskusi dengan profesor. Akhirnya laporan selesai. Jam menunjukkan angka 2. Waduh sudah lewat tengah malam. Aku harus pulang dan istirahat, kalau tidak mau terlambat datang besok. Untuk turun, aku pakai lift. Malam-malam begini sudah pasti sepi. Dan aku sudah biasa seperti ini. Aku tekan angka 1. Liftpun berjalan turun. Tiba-tiba lift berhenti. Aku lihat nomor lantainya. Lantai 13! Ah, kok aku jadi merinding begini. Mungkin terpengaruh naskah tadi. Sudahlah. Pintu lift terbuka. Ada seorang perempuan masuk. Ternyata ada juga yang ngalong seperti aku. Perempuan itu turun di lantai 6. Eh, bukankah di gedung ini tidak ada lantai 13? Hah? Aku lihat lagi papan nomor lantai. Benar! Tidak ada lantai 13 disana! Bulu kuduk berdiri. Sampai di pos satpam, aku berhenti. Seperti biasa ngobrol dulu sejenak. Aku ceritakan apa yang terjadi di lift tadi. Aku mematung saat pak satpam berkata, "Seminggu yang lalu ada yang bunuh diri di lantai 6."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H