Mohon tunggu...
Ki Suki
Ki Suki Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Seorang yang suka menulis dan menggambar.

Hidup ini selalu indah saat kita bisa melihatnya dari sudut yang tepat, sayangnya seperti melihat sebuah kubus kita hanya mampu melihat paling banyak tiga sisi dari enam sisi yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gerimis di Akhir April

24 April 2016   21:39 Diperbarui: 24 April 2016   21:50 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Lampu pinggir jalan"][/caption]

Malam ini butir-butir air perlahan membasahi kota Jember yang mulai sepi. Jarum jam menunjukkan angka 8. Berarti gerimis ini sudah menemani selama tiga jam. Aku baru saja keluar dari kantorku yang berada di daerah Pakusari. Aku berdiri di pinggir jalan untuk menunggu jemputan temanku Akbar.

Tadi jam 7, Akbar meminjam mobil untuk mengambil barang. Biasanya kalau dia butuh waktu 1 jam setengah untuk kembali ke kantor. Itu berarti aku harus menunggu 30 menit lagi. Aku tidak betah duduk di dalam ruang kantor. Lebih baik aku nunggu di pinggir jalan.

Suasana pinggir jalan saat gerimis begitu romantis. Lampu-lampu jalan dan bayangan pohon-pohon menciptakan bayangan kelap-kelip di jalan. Seandainya aku bisa menulis puisi, mungkin sudah jadi 100 puisi dari suasana romantis malam ini. 

Tidak lama, Akbar datang. Dia menghentikan mobil di depanku, dan memberikan kunci mobil padaku.
"Terima kasih Nang." Katanya sambil tersenyum. AKu mengangguk. Akbar segera masuk ke kantor. Malam ini sepertinya dia bermalam di kantor. 

Aku menghidupkan mobil. Tiba-tiba mataku tertarik di sebuah sudut jalan, tidak jauh dari tempatku. Aku melihat seorang wanita tergopoh-gopoh. Dia membawa payung menuju ke arahku.
"Nang!"

Aku membuka jendela mobilku. Kulihat satu wajah yang rasanya aku kenal. Hanya saja aku agak lupa. Ayu!
"Ayu ya?"
Dia mengangguk.
"Mau kemana?" Tanyaku heran.
"Aku mau pulang. Bolehkah aku numpang?" 

Wah! Kalau itu pasti aku tidak menolak. Ayu temanku waktu SMA yang terkenal cantik. Dia juga teman yang menyenangkan untuk mengobrol.
"Dengan senang hati." Jawabku.
Ayu lalu naik. Di duduk di sampingku.

Dalam perjalanan kami ngobrol ngalor-ngidul, mulai dari kenangan-kenangan waktu SMA sampai setelahnya. Setelah lulus SMA, Ayu meninggalkan kota Jember untuk kuliah di Malang. Ayu memang teman yang menyenangkan.

Aku menghentikan mobilku tetap di depan rumah Ayu yang berada di daerah Gunung Batu. Ayu pamit, dan aku akan meneruskan perjalanan pulang. Namun eh, ada sepucuk surat tertinggal di kursi tempat ayu tadi. Aku mengambil surat itu, dan teringat sesuatu. Ah! Bukankah Ayu sudah meninggal beberapa tahun yang lalu karena kecelakaan di Pakusari, tidak jauh dari kantorku saat ini. Aku bahkan sempat melayat dan menaburkan bunga di kuburannya yang terletak di daerah Gunung Batu, tidak jauh dari rumahnya dulu.

Tiba-tiba malam terasa semakin gelap. Aku menoleh kanan-kiri. Ternyata aku berada di tepi jalan kuburan. Aku segera menjalankan mobilku. Entah apa yang aku alami malam ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun