Mohon tunggu...
Ki Suki
Ki Suki Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Seorang yang suka menulis dan menggambar.

Hidup ini selalu indah saat kita bisa melihatnya dari sudut yang tepat, sayangnya seperti melihat sebuah kubus kita hanya mampu melihat paling banyak tiga sisi dari enam sisi yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

[FR] Lebih Dekat dengan Alam di Watulimo

14 Juli 2015   20:59 Diperbarui: 14 Juli 2015   21:05 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Watulimo adalah sebuah daerah di atas pegunungan di sebelah selatan Trenggalek. Di daerah ini, kami sekeluarga menghabiskan waktu ramadhan sampai lebaran yang sebentar lagi tiba. Kami akan tinggal beberapa hari di tempat yang tepat berada di bawah puncak gunung Kambe.

Saat kami sampai di sini, kami disambut oleh udara dingin pegunungan. Suasana yang sunyi karena tahun ini saudara-saudara kami akan sampai setalah lebaran. Jadi kami yang menjadi penghuni pertama di rumah besar kami yang bernuansa Jawa. Rumah besar yang menjadi tempat berkumpul keluarga besar kami setiap tahunnya.

 

Hal pertama yang kami lakukan adalah bersih-bersih rumah. Setelah itu kami beristirahat sejenak. Lalu kami ke dapur dan menyiapkan masakan dari bahan-bahan yang sudah kami persiapkan sebelumnya. Dapur rumah ini adalah dapur khas desa. Kami harus mencari kayu bakar terlebih dahulu yang ada di belakang rumah, kayu dan dauh kelapa yang kering bisa menjadi bahan bakar yang bisa digunakan untuk memasak.

Kami hanya menyediakan bahan ikan saja. Bahan-bahan yang lain bisa kami dapatkan dari kebun yang ada di sekitar rumah. Ada sayur-mayur, tomat, lombok dan bebarapa bumbu dapur yang bisa kami petik. Semuanya segar karena bisa langsung didapatkan dari alam. Seperti kemping saja.

Di Watulimo, kami juga menemukan kembali suasana Ramadhan seperti yang dulu. Di sini masih ada patrol saat sahur. Di sini kami bisa mendengarkan suara bacaan dari masjid yang letaknya cukup jauh dari rumah bahkan dari bukit ini. Kami juga menemukan kembali kebersamaan antara anak-anak yang bergembira bersama langgam hutan pinus dan bebatuan. Kami menemukan gairah kebersamaan dalam dinginnya hembusan angin gunung.

Lebih dekat dengan alam membuat kami merasa sejuk, segar dan nyaman. Kami jauh dari hiruk-pikuk kota yang melelahkan. Kami merasa ini saatnya mengambalikan gairah dan kreativitas dengan melemaskan kembali semua ketegangan. Alam selalu mengajari kami untuk hidup lebih baik.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun