Peperangan tidak bisa terelakkan. Perang Baratayudha bergolak. Sengkuni sangat yakin bisa menang melawan Pandawa karena ada Bhisma, Durna dan Adipati Karna yang membela Hastina. Terlebih lagi lewat akal muslihatnya, Sengkuni membuat Kresna tidak maju perang lewat perjanjian meskipun boleh sebagai penasehat. Sengkuni juga takut pada kesaktian Kresna saat ber-Triwikrama.
Awal peperangan Kurawa memang berada di atas angin. Sayang nasib berkata lain. Sengkuni mati dalam perang bersama semua Kurawa termasuk Bhisma, Durna, Adipati Karna bahkan Prabu Salya. Kurawa dan pasukannya dikalahkan oleh Pandawa. Semua strategi yang dibuat oleh Sengkuni telah dipatahkan dan menjadikan Hastina kalah perang.Â
Satu hal yang perlu dicatat dalam hal ini, ulah Sengkuni membuat namanya dihubungkan dengan keculasan, tipu muslihat, hoaks, akal bulus dan semua citra negatif. Namun Sengkuni melakukan itu karena dendam yang dipupuk dalam hatinya atas permainan nasib yang selalu membuatnya dalam kekecewaan. Sengkuni bisa jadi seorang tokoh, namun bisa juga sebuah perumpamaan karakater manusia, dimana setiap manusia mempunyai Sengkuni dalam dirinya. Dalam kehidupan seperti saat ini dimana tekanan hidup semakin berat ditambah lagi dengan informasi yang berseliweran tanpa filter, nasib akan bermain dalam kehidupan manusia dan ini akan menumbuhkan Sengkuni-Sengkuni dalam wujud yang berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H