Aku terkejut. Aku perhatikan tampang bapak itu, sepertinya dia jujur. Wajah bapak itu juga menyiratkan kekhawatiran.Â
"Kenapa pak?"
Aku ingin saja percaya dan langsung cabut, tetapi aku tidak ingin meninggalkan jagung bakar yang rasanya enak ini.
"Bapak tidak bisa menjelaskan den. Mungkin lebih baik aden segera ke hotel. Nanti aden akan mengerti."Â
Aku tidak ingin mengecewakan bapak ini. Aku bayar jagung bakarnya dan kubungkus tiga jagung bakar lagi untuk aku makan nanti dengan Bayu.
"Saya pamit dulu ya pak." Pamitku sambil menyembunyikan satu pertanyaan yang tidak bisa aku jawab. Bapak itu tersenyum dan mengangguk.
Aku segera mencari Bayu. Sayangnya anak itu tidak nongol-nongol. Sampai-sampai aku harus mampir ke warung kopi yang letaknya tidak jauh dari pantai dan bertanya apakah ada yang melihat Bayu dengan menyebutkan ciri-cirinya. Sayangnya tidak ada yang melihat kemana perginya anak itu. Setelah agak lama mencari-cari, kuputuskan kembali ke hotel. Mungkin anak itu juga sudah kembali ke hotel.
Sesampai di hotel, aku langsung ke kamar Bayu. Pintunya tertutup, tetapi lampunya masih menyala. Kuketuk perlahan pintu kamar itu. Tidak lama kemudian Bayu nongol. Alhamdulillah, ternyata anak ini sudah pulang duluan.
"Bayu, kamu pulang kok gak bilang-bilang. Jadinya aku mencari-cari. Untung kamu sudah di sini." Kataku saat melihat Bayu.
"Eh1 Apa maksudmu Man? Aku dari tadi sore di kamar terus kok." Kata Bayu sambil memandang aneh ke arahku.
"Loh, tadi kamu yang ngajak aku hunting di pantai sekitar jam 9."