[caption id="attachment_228802" align="aligncenter" width="600" caption="Sebuah cermin retak; bayangan masa lalu"][/caption]
Apa yang kita pikirkan dengan kata "cermin"? Rasanya kalau dijawab akan banyak sekali jawaban benarnya. Apalagi memang lebih mudah membenarkan daripada menyalahkan, karena membenarkan kan tidak perlu alasan. Apapun itu, cermin selalu menghasilkan ekspresi, imajinasi, emosi, dan pemahaman yang tergantung pada sisi mana cermin ini dilihat. [caption id="attachment_228803" align="aligncenter" width="480" caption="Ekspresi pada kaca; sebuah cermin diri"]
Cermin menghasilkan sebuah bayangan ilusi yang mirip dengan aslinya. Ini kunci pertamanya. Bayangan pada cermin ini merupakan sesuatu yang menarik untuk dinikmati. Tiap hari kita selalu di depan cermin untuk melihat kembali bayangan diri kita. Mungkin tidak hanya bayangan yang kita inginkan, tetapi lebih dalam dari bayangan tersebut; sebuah ekspresi dan imaginasi tentang siapa kita sehingga akan menumbuhkan emosi dan melahirkan pemahaman tentang diri kita.
[caption id="attachment_228804" align="aligncenter" width="400" caption="Ketinggian di dalam air"]
[caption id="attachment_228806" align="aligncenter" width="600" caption="Tertambat namun tak diam"]
Yah! Benar kata Ebiet G Ade; "Bercermin dan tetaplah bercermin". Itu agar kita mampu menghasilkan pemahaman tentang diri kita dan lingkungan di sekitar kita.
---------------- Ditulis oleh: Ki Suki Foto-foto adalah koleksi pribadi WPC 33 (Conceptual Photography)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H