Malam ini adalah malam ke-13 dari bulan Jawa, bertepatan dengan "Obong Matsuri" (perayaan memanggil arwah). Lampu-lampu dimatikan, hanya mengandalkan sinar rembulan yang hampir purnama. Jalanan begitu lengang. Hampir-hampir tidak ada kendaraan yang melintas.
Seperti malam-malam yang lain, jam 11 malam aku baru keluar dari kampus dan berjalan kaki ke tempatku kos karena jaraknya juga tidak terlalu jauh. Hanya saja malam ini entah mengapa bulu kudukku berdiri. Seakan kesunyian ini membuatku larut dalam pikiran-pikiran yang tak bisa aku mengerti. Rumah-rumah tetangga yang biasa aku lihat, seakan ikut bagian menjadi bayangan yang membuat ketakutanku tumbuh. Ah! Aku tak ingin larut dalam ketakutan. Toh hanya berjalan 10 menit saja aku sudah sampai di tempat kosku. 10 menit! Aku merasa sudah cukup lama aku berjalan. Aku melihat ke arah jam tangan. Jarum jam menunjukkan jam 12 malam. Hah!!! Aku lihat lagi, tidak ada yang salah di jam tanganku. Jadi benar, aku sudah berjalan selama satu jam. Kuperhatikan dengan seksama rumah-rumah yang berada di kiri-kananku. Aku merasa asing dengan rumah-rumah ini. Ah! Apa aku tersesat ya? Terus aku ada dimana? Aku bingung. Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. "Mas Ahmad. Bangun mas." Lamat-lamat aku mendengar suara Hari, teman satu kos. Aku membuka mata. Ternyata aku berada di dalam kamarku. Hari bercerita kalau aku pingsan lebih dari tiga jam dan dibawa pak Satpam kampus ke tempat kos. Ditulis oleh: Ki Suki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H