Perlahan alunan suara Bimbo menyeruak dalam malam yang sunyi dan angin dingin yang menyusup lewat rongga-rongga jendela.
sendiri...
kini aku sendiri lagi
entah susah entah hati pedih
tak perduli
Syair itu seolah mewakili perasaanku saat ini. Entah mengapa begitu. Sepertinya aku memang sedang merasa melangkah dalam kesendirian. Terlebih malam ini. Malam yang kulewatkan tanpa siapa-siapa, hanya sendiri, tanpa teman yang bisa diajak bicara, bahkan cerminpun tak ada. Padahal malam ini aku ingin mencurahkan semua beban hati.
Entah mengapa malam ini begitu sunyi. Meski sudah kuhidupkan audio dan musik mengalun merdu, namun itu tidak bisa mengusir kesunyian ini. Bahkan alunan musik ini membuat kesunyian semakin kerasan tinggal di ruang hatiku.
Sudah kutepis perasaan ini kuat-kuat, namun masih saja aku tak mampu. Kesendirian membuatku semakin tenggelam dalam ruang sunyi yang teramat sunyi. Sebuah ruang tanpa cahaya, tanpa suara bahkan tanpa udara. Anginpun tak ada.
Ah, aku jadi ingat sebuah syair dari lagunya ST12 "Ruang Hidup". Syair yang selama ini aku gunakan untuk menepis semua beban di hati dan memberikanku sedikit kekuatan untuk kembali melangkah.
aku masih bisa terus berjalan menikmati hidup
meskipun sulit menjadi mudah
jadikan cobaan untuk anugerah
yang bisa merubah ruang yang gelap menjadi indah
dan terus langkahkan dikedepan
berikan warna hidup kita menjadi indah
Benar! Dalam keadaan apapun, selalu ada cara untuk mengubah maknanya. Mestinya kesendirian itupun punya makna yang bisa kupetik dari sudut yang berbeda. Seharusnya sunyi dan gelap ini menyembunyikan sesuatu yang bisa kuraih.
Di dalam ruang sunyi yang gelap ini, aku diam sejenak. menghembuskan napasku dalam-dalam dan mencoba merasakan hembusan napas itu. Ah, aku mengerti. Bukankah dalam kesendirian ini pikiranku bisa lebih bebas bergerak, jari-jemariku bisa lebih lincah menuliskan kata demi kata, telingaku bisa lebih tajam menilai nada demi nada dan hatiku lebih bisa merasakan.
Jadi biarlah kulewati kesendirian ini apa adanya. Biarlah semua beban itu sejenak kuletakkan di lantai dingin, karena masih ada waktu untuk membuatnya menjadi serpihan cahaya yang akan memanduku ke arah yang lebih baik. Karena dengan demikian aku bisa lebih bebas merasakan bahwa kesendirian bukanlah sebuah nada perih, tetapi nada indah yang membawaku untuk bisa lebih perkasa.