Hari ini aku menelpon rumah, kebetulan yang mengangkat si kecil Syira. Biar belum 4 tahun dan masih cedal, tetapi anak ini memang punya dasar suka ngoceh jadi ya jadilah percakapan yang lucu, lugu, penuh tawa dan haru karena rindu yang seakan terus menggunung.
“Halo ayah, ini ciya yah.”
“Halo adik.. eh adik sama siapa di rumah?”
“Tadi pak dhe sudah pulang yah. Ini cuman cama ibu. Beldua.”
“Lho kakak kemana?”
“Belum datang lah… macih cekolah. Ayah lupa ya?”
“Oh iya. Eh, adik sudah makan?”
“Sudah laaaah……”
“Makan sama apa?”
“Naci cama tempe goyeng-goyeng telol puyuh. Enak cekali.”
“Yeeeh, ayah kok ndak dikasih sih….”
“Lah ayah kan di jepang. Gimana ayah ini, lupa ya… aku pucing cama ayah ini, lupa teyus…. capek deh”
Aku tertawa. Pinter ngomong juga nih anak.
“Ayah macih ingat kan, adik pesan apa?”
“Apa yaaa…” Aku mencoba mengingat.
“Laptop putih, kamela hijau, kaca mata meyah dan jam biyu gambar stobeyi”
“Walah2, iya ya…”
“Lupa lagi ya, capek deh. Ayah sih lama banget di jepang…. “
“Iya iya iya, ayah ingat.”
“Tapi kan ayah di jepang. Kapan pulang yah? Kapan-kapan gitu, gitu teyus ngomongnya… capek deh.”
Aku tertawa, namun juga terharu. Anak sekecil itu sudah mampu mengungkapkan rindu dengan gayanya sendiri. Jangan khawatir sayang, ayah juga sudah rindu untuk mendekapmu dalam kasih dan perlindungan. Doakan ayahmu ini mampu membawa hasil terbaik, biar tidak…. "capek deh".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H