Mohon tunggu...
Ki Suki
Ki Suki Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Seorang yang suka menulis dan menggambar.

Hidup ini selalu indah saat kita bisa melihatnya dari sudut yang tepat, sayangnya seperti melihat sebuah kubus kita hanya mampu melihat paling banyak tiga sisi dari enam sisi yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[100 Puisi] Anak-anak Persimpangan Rel Kereta Api

23 Februari 2016   18:04 Diperbarui: 23 Februari 2016   18:10 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Anak-anak bermain di pinggir kereta api yang telah menjadi hiburan bagi sebagian masyarakat yang terpinggirkan"][/caption]

Suatu sore di persimpangan rel kereta api
di tengah hiruk-pikuk metropolitan
yang menderu seperti roda raksasa
menghimpit dan menjepit
manusia-manusia untuk terus berlari
mengejar tidak hanya sesuap nasi
mungkin juga sepenggal mimpi
yang tidak tahu dimana ujung dan tepi

Anak-anak dengan riang gembira
bermain di pinggir rel kereta api
berlarian di tengah rel saat tak ada sang besi yang melaju
sambil menunggu kereta api berlalu
di tepian deru debu 
di tengah terpaan suara kereta 
dan angin yang tak bisa dikatakan bersih

Anak-anak ini berlarian di tengah balok dan besi
karena mereka tidak punya lagi tanah lapang
untuk bisa berlari bebas
tanah-tanah telah dikorbankan oleh kejamnya pembangunan
atas nama kemajuan
telah merenggut kebebasan bermain anak-anak pinggiran

Anak-anak ini menikmati sajian
pertunjukan kereta api yang lewat dengan lampu sorotnya
dengan suara mesinnya
karena mereka tidak punya lagi pertunjukan
yang bisa membawa ke dunia mereka
hanya ada sinetron dan sandiwara
yang terpaksa dan dipaksakan untuk mereka

Anak-anak ini membangun mimpi mereka
di atas balok-balok kayu dan besi-besi rel kereta
di dalam keringat dan asap yang bercampur
dengan teriak sang kereta
Mereka tidak punya mimpi lain
karena mimpi-mimpi bukan untuk mereka
yang terpinggirkan
di persimpangan rel kereta api

 

Surabaya, 23 Februari 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun