Ada pembicaraan unik diantara teman. Suatu hari, di sela sela pulang ke Jakarta, saya kontak teman SMA. Sebenarnya kami sama-sama sibuk. Maklum sudah usia kepala tiga. Kita sama-sama sibuk mengabdi pada pekerjaan alias wanita karir. Tidak ada yang salah dengan pilihan kita, mungkin juga karena terpilih. Alih-alih kerja berat  kadang lupa makan.Â
Dengan uang yang ada, kami mengatur uang dan penggunaan uang. Saya mengatur uang karena memang uangnya sedikit sedikit ada. Lumayan, gajinya dicicil, bisa menabung dan tidak terkejut jika uang masuk. Maklum, sering di PHP-in. Di media udah woro woro kalo Mentri Keuangan ngasi uang gaji. Biasanya pekerja berat seperti kami kami ini karena jadi standar harga pasar. Padahal, gaji kami dapat diprediksi naiknya 20ribu. Kalau nasib baik, uang pengaturan urusan negara menyelaraskan kerja keras kami. Akhirnya saya ikutan diet yang jamnya nyamain jadwal puasa. Ada yang perbandingan 14 jam+10 jam, ada yang perbandingan waktunya 16 jam+ 8 jam, bahkan 20 jam+4 jam. Wah wah wah, udah cek ke dokter atau pernah ngalamin di LN? jawabnya, senyumin aja.. ga semua pertanyaan harus dijawab haha yang penting sehat, jarang beli baju dan tidak obesitas.
Lain lagi dengan teman saya yang kerja di private sector, saya ga mau cerita mengenai keluar-masuk kantor sudah berapa kali. Setidaknya ada grup grup auditor swasta atau BUMN, bahkan partnership sector yang pernah dijalani.. Dari kantor udah dapet uang makan, uang transport, uang audit dan lumayan jalan-jalan ke LN. Dengan tabungan yang ada, mikirin cash flow dan laju arus kas di sebuah private sector. Kalo makan, sebenarnya sering kelupaan, ga terlalu suka ngemil juga. Paling kalo ada buah, dan kuliner dia ajak temen. Bisa makan sepiring berdua. Biasa, cewek.. sedikit sedikit makan atau emang makannya sedikit. Yang penting makan enak pernah, nyobain makanan lokal, dan weekend up date dengan yang namanya rasa.
Jaman sekolah kita, ada banyak anak kurus-kurus dan dunia fashion lumayan lahh~ siswa biasa dan model ga keliatan. Sekolah kami memang banyak koleksi kecantikan anak Millenial. Yang ayu-manis (ada), cantik dan putih (ada), sering difoto lagi pula mereka sering liat kita. Kami mungkin sering windowshopping di Mall ternama Jakarta. Dan sejak SD kita punya koleksi boneka yang kira-kira sama dengan ukuran tubuh kami, slim. Punya uang, masih makan kok, tapi makannya berdua, hee. Fasilitas olahraga di sekitar sekolah ada kolam renang Bulungan dan Gelora Bung Karno. Kebetulan kami tinggal di daerah selatan Jakarta. Waktu itu, daerah pemukiman memang di selatan, banyak hunian dan taman kota yang dirawat dengan baik.Â
Kembali ke trend kehidupan, jaman kami ada aliran baru cultural studies. Saya sering dengar dari anak kelas social. Mereka sering menerapkan ilmu yang mereka pelajari, kami yang di #kelas-science ikut nguping. Di kelas kami tantangannya banyak ujian lisan rumus dan implementasi science. Dalam hitungan minggu, guru matematika, guru fisika, dan pelajaran baru (kimia) sesekali lisan rumus. Selain lemas, guru biologi sering ngasi tugas peta konsep mengenai kehidupan. Lengkap sudah, kelangsingan tubuh selaras dengan kerja keras otak. Saya tidur jam 10 malam, menimbang metabolisme tubuh ada jam istirahat total yaitu jam 11 malam dan bangun pagi jam 4. Kemudian, siklus hidup berjalan. Jam 4.15 mulai mandi, nungguin adzan subuh, lalu sekolah pulang sekolah untuk seminggu sekali main, tapi jam 8 malam sudah ada di rumah. Waktunya baca buku dan belajar dari jam 8 hingga jam 10 malam. Begitulah kehidupan, harus ada aturannya.
Alih-alih hidup teratur, kebiasaan sekolah terbawa hingga bekerja. Beberapa teman ada yang bilang "eh barbie" dan " hallo princes beauty" jika kami lewat. Kami hanya tersenyum, ga semua sapaan orang harus dijawab. Mereka bertanya karena perhatian saja. Dan jika berargumentasi, kami akan mendengar. Karena dalam berinteraksi selalu ada tanya jawab. Silahkan saja ngobrol dengan kami, namun jangan salahkan kami jika tersenyum itu bagian dari hospitality Jakarta. Orang Betawi, tanahnya sering digunakan negara untuk pusat pemerintahan. Kalaupun mereka perlu, perhitungan kami satu blok tanah kami perlu diperhitungkan jadi tempat usaha, ga harus rumah pindah ke lokasi yang jauh-jauh. Tanah kami milik kami selamanya, ada kompensasi. Dan Jakarta Selatan selalu dilewati orang, sekedar singgah atau untuk menikmati kota.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H