Mohon tunggu...
angie sonia
angie sonia Mohon Tunggu... Novelis - foresight'ers BRIN

ui/ux design, journalisme forSTI

Selanjutnya

Tutup

Film

Little Women

27 Maret 2023   22:56 Diperbarui: 10 April 2023   11:10 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya suka cerita drama keluarga di jaman dulu. Awalnya karena suka ceritanya, baru liat aktornya. Kalau versi Eropa saya suka cerita yang ditulis oleh Jane Austeen, cerita British Classic hingga American novel sudah pernah saya lahap. Beberapa novelnya yang saya pernah tonton filmnya adalah Bridget Jones Diary, Little Women, Jane Ayre, hingga Confessions of a Shopaholic. Beberapa novel yang menarik untuk saya diantaranya Little Women karya Louisa May Alcott, cerita 4 bersaudara yang berjuang melawan keterbatasan uang.

Masalah financial memang jadi benang merah yang menarik untuk dibahas panjang lebar. Ada yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup, ada yang berjuang untuk meningkatkan harga dirinya melalui barang-barang yang ada di rumahnya, dan ada yang termotivasi punya barang branded hanya demi konten. Brand dunia ada yang berteriak walaupun mahal. Mereka menyasar segmen pasar tertentu yang akan menjadikan brand itu di list teratas di daftar belanjaan mereka, demi konten.. kadang warna-warna yang ditawarkan pun mencolok atau logo brand yang sengaja dibuat besar-besar kan biar selalu dilihat orang dan jika ada di lemari penyimpanan, akan membuat pemiliknya bangga walaupun hanya sesekali dipakai untuk meningkatkan harga diri.

urip iku sinawang sing kesawang. Hidup berdasarkan kebutuhan bukan keinginan. Hidup sesuai keadaan kita, kalo jaman anak sekarang agak susah, mindsetnya. Kalau mau buat dilihat orang, punya dompet yang bisa digunakan bertahun-tahun, pilih bahannya awet, kerja yang bener, biasanya brand mewah merknya ga terlalu wow, cenderung berwarna netral. 

"Itu ibu-ibu tetangga sebelah punya, ga ganti-ganti udah 20 tahunan". 

Kalau mau punya dompet yang bisa nyimpen uang, jangan pas beli dompetnya.. uangnya malah ga punya. sedih. seandainya "mau keliatan punya" yaa beli yang di UKM biasa aja. Warnanya ga tau dapat apa, tapi bisa awet kalo nyimpennya serius.

Gaya hidup sederhana bisa pilih baju yang warnanya netral, karena lebih mudah di mix-n-match. Kalo pergi pergi ga banyak bawaan, ga bingung warna untuk dipadu-padankan. Hidup apa adanya dan tidak mengada-ada, lebih rileks, sederhana itu santai, ga sembunyi-sembunyi dan masih punya energi untuk bekerja mencari uang tabungan. 

Kembali ke orang jaman dulu, mereka ga punya hape, apalagi sosial media. Mereka ga banyak pikiran. Ga liat gossip. Ga komentarin kehidupan orang walaupun Pak pos selalu berjarak dengan waktu untuk ngirim paket. Rasa gusar menunggu kabar tidak menghalangi aktivitas bekerja. Lebih fokus mengerjakan sesuatu. Laju pertumbuhan uang tabungan lebih pasti. Keluh-kesah hanya seputar jam makan, kehidupan jalan-jalan di sekitar tempat tingga hingga cerita hubungan keluarga. Ada scene sarapan pagi di rumah, sampai di tempat kerja ada jeda jam makan siang. kehidupan orang bekerja lebih ke cooking class membuat menu makanan, menjelang sore.. bersiap untuk pulang dan ga bawa kerjaan ke rumah.

Cerita little women versi Louisa tentang kehidupan Kakak beradik yang tinggal sama Ibunya. Ayahnya ikut perang. Mereka hidup sederhana dan anak-anak berjuang di kehidupan remajanya. Cerita ini dimodifikasi dalam serial drama Korea. Saya membayangkan cerita classic yang selama ini saya nikmati akan rusak. Bukan karena semangat feminisme para wanita untuk bekerja di luar rumah. Film Korea yang terkenal dengan plot twist sering membuat penontonnya lebih penasaran.  Namun, urusan penghasilan memang menarik untuk dibahas. Ceritanya disajikan dalam 12 episode. Film thiller, khususnya cerita Korea selalu membuat saya sabar ga skip skip cerita, how the dogs survive?  Penulis cerita memulai ceritanya dengan prolog para Kakak berusia selisih bulan, mereka sempat kehilangan adik karena saat itu tidak punya uang untuk perawatan di Rumah Sakit. Adiknya meninggal dan pnuya adik lagi, si bungsu lahir dengan skil melukis realist. Ibu mereka meninggalkan mereka karena Para Kakak sudah bekerja. Sudah bisa hidup berdikari.

Selama film berjalan, dramaturginya bagus, ada beberapa klimaks yang menyayat hati. Orang kaya di negeri itu punya orang-orang yang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kotor dalam bisnis. Seorang keluarga tokoh terkenal punya banyak bisnis, salah satunya foundation untuk kalangan tertentu. Para Kakak pernah hidup terpisah karena masalah finansial. Kakak pertama selalu jadi pelindung adik-adiknya. Keahliannya akunting. Anak kedua tinggal diasuh oleh Nenek mereka yang kaya raya, sang adik yang lugu masih baru lulus SMA memperlihatkan bakat dalam melukis wajah anak keluarga kaya itu. Cara membujuknya sangat persuasif, anak mereka seumuran dengan si bungsu. Keadaan mulai seru karena adik diminta jadi anak angkat keluarga tersebut. Asetnya banyak dan saat mereka berhadapan dengan masalah financial, mereka bersatu kembali. Melalui anak kedua, sang Nenek memberi informasi mengenai dengan tokoh seperti apa mereka berhadapan. Mantan perawat jaman perang Vietnam punya kelindaan kisah dengan keluarga pemberi foundation. Semacam diary, kisah masa lalu tidak bisa dielakkan. Melalui rangkaian kematian orang-orang komunitas anggrek menarik perhatian semuanya. Bagaimana cara foundation mendapatkan uang dari kehidupannya, ketiga anak punya persinggungan cerita horor dalam persoalan uang. Kasus pencucian uang, setidaknya beberapa orang yakin, kisah suicide ala Korea mengiris hati untuk beradaptasi akibat status sosial. Ada yang melalui teman, rumah besar sebagian adalah ruang penyiksaan dan yang tidak kalah penting adalah bujukan traveling keluar negeri. Filmnya selesai dengan harapan masing-masing Kakak beradik menemui hasil dari impinan masa kecil. Punya uang dengan pasti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun