"A single win doesn't mean I am any better than her. It was just practice. Another training match" Na Hee-do answered.
"Well, looks like someone has a taste for humble pie.
Be honest with me" shouted Coach Yang
"I'm happy. I won. But did you have to ask in front of everyone?" Na Hee-do answered
"Yes! This is the thrill of sports. The loser and the winner are standing side by side in the same room. Be as proud as you want or be as angry as you need. That's how you move on" Coach Yang motivated Na Hee-doo .
Tantangan Na Hee-do untuk menjadi atlet sungguhkan benar-benar diuji oleh Ibunya. Pilihan untuk terus jadi atlet walaupun harus kuliah adalah permintaan ibunya. Sekolah itu perlu, seorang yang pembaca berita di televisi saja harus lulus Sarjana. Di Asia memang mempersyaratkan sekolah itu penting untuk masa depan entah untuk bekerja ataupun sebagai istri.Â
Walaupun begitu, kondisi keuangan keluarga sangat dipengaruhi oleh jumlah anak yang dimiliki. Membangun Industri pun harus punya SDM yang memadai, pusat ekonomi sudah bergeser. Sejak perjanjian MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) 2005 di Indonesia telah mencapai kesepakatan yang sama, negara-negara di Asia jadi pusat ekonomi baru. Banyak remaja lulusan SMA dan bersekolah di luar negeri, kalaupun tidak bersekolah di luar negeri, Bahasa Internasional sudah dilengkapi sejak masa sekolah menengah. Maka, di jenjang pendidikan tinggi di Indonesia, ada kelas internasional.
Plot cerita menggunakan alur maju-mundur. Ada keinginan sutradara Shim Eun-Seok untuk menjahit cerita Na Hee-do melalui segala kesulitannya, segala perjuangannya hingga sukses jadi atlet nasional. Na Hee-do menulis diary dan ceritapun mengalir. Diary itu sengaja diletakaan di kamar Na Hee-do untuk dibaca oleh anaknya, Mon-Cheri. Ibu Na Hee-do sebagai tulang punggung keluarga penjamin kisah Na Hee-do lebih hidup.Â
Di episode pertama, sudah ditampilkan bahwa guru olah raga Na Hee-do, coach Yang (Kim Hye Soo) telah mencuri perhatian melalui karakter guru olah raga yang disiplin. Karakternya yang kuat masih sama kuatnya saat Kim Hye Soo saat jadi Hakim Sim di Juvenile Justice, hakim yang menangani kasus kasus kenakalan remaja. Cara coach Yang menyakinkan Na Hee-do untuk berlatih serius, seserius atlet profesional.Â
Coach Yang menentukan bagaimana cara atlet bersungguh sungguh untuk jadi atlet sepertinya. Setelah diterima pun, jadwal latihan tidak kendor, Coach Yang menggunakan berbagai cara ketat agar atletnya bisa juara Nasional, kalau bisa, lebih. Di episode lain, kisah masa lalu Coach Yang muda dan ibu Na Hee-do, keadaannya persis seperti Na Hee-do dan Back Yi-Jin. Beberapa kali  senior Back Yi-jin mengingatkan mengenai profesionalitas seorang jurnalis dengan masalah pribadi, harus berjarak. Tidak terlalu dekat namun selalu paham disetiap alur cerita objek beritanya. Keadaan Na Hee-do memang jadi atlet murni karena tahan banting jadi atlet.
Teman peloper koran Na Hee-do bernama Back Yi-jin, dia berjuang hidup di kota. Usaha ayahnya bangkrut, debt collector selalu mengintai. Ayahnya dipenjara untuk membayar semua hutang dan menebus kesalahannya dalam waktu yang lama. Ibunya sekarang tinggal di pesisir pantai dengan adiknya. Back Yi-jin berusia 4 tahun lebih tua dari Na Hee-do. Tampilan anak seorang konglomerat masih terbawa di setiap wawancara Back Yi-jin. Kenyataan bahwa perusahaan harus membayar lebih dari penampilan Back Yi-jin atas lowongan yang dilamarnya menjadi sebab dia selalu ditolak oleh banyak perusahaan. Bekerja sebagai peloper koran hingga akhirnya Back Yi-jin diterima oleh sebuah kantor berita sebagai reporter magang.Â