Halo sahabat semuanya,
kali ini infomanis mereview film twenty five twenty one. Â K-drama kali ini bercerita mengenai kisah remaja Republik Of Korea (ROK) di tengah krisis ekonomi 1998. Apakah krisis ekonomi di tempat mereka mirip dengan di negara Asia lainnya? Ternyata krisis menghampiri Indonesia berhasil menggeser jabatan Presiden, tokoh ini yang tersangka meninggalkan hutang selama 32 tahun selama masa kepemimpinannya. Dalam masa jabatannya, tidak ada yang berani mengkritik.Â
Guncangan di Indonesia menyebabkan wakil presiden menggantinya selama 8 bulan, sebelum ada presiden baru. Kala itu Korea Selatan dipimpin oleh seorang Presiden dari kalangan Sipil, KOR bertahan hidup dengan diplomasi budaya. Presiden Korea memiliki kebijakan melatih sumber daya manusianya serta mengoptimalkan talentanya melalui kontrak talenta.Â
Sejak usia 13 tahun, ada perjanjian kontrak talenta k-drama, talenta K-pop selama 25 tahun. Kontrak pembentukan talenta dilakukan melalui pelatihan, pemasaran dan kontrak kerjasama untuk hal hal menyenangkan di layar kaca. Practice make perfect! Kutipan ini terasa betul bahwa ROK menjajah dunia tanpa peperangan berdarah. Istilah POP culture menjajah dunia dilakukan artis Korea Selatan dan mampu mengalihkan perhatian dunia mulai dari fashion, musik, dan serial TV.
Karakter Na Hee-do membuat saya yakin bahwa trauma ibunya yang bekerja sebagai news anchor adalah benang merah dari cerita ini. Sosok orang tua tunggal yang sibuk hingga di acara pemakaman suaminya pun masih bekerja. Drama di mulai saat Na Hee-do bersekolah di sekolah dasar dan minatnya pada ekskul olah raga Anggar. Na Hee-do berlatih jadi atlet dan konflik dimulai saat Ko-Yurim menatap nama saingannya ada di majalah dinding sekolah mereka.Â
Sejak kecil Na Hee-do sudah berlatih dengan rival setianya, Ko-Yurim. Di awal cerita, Na Hee-do ditampilkan mengidolakan Ko-Yurim yang cantik, bintang iklan, walaupun kehidupannya sangat sederhana. Ayahnya seorang supir pengantar alat-alat berat dan ibunya buka rumah makan kecil kecilan. Ko-Yurim juga anak tunggal. Mereka bersekolah di kelas dan sekolah yang sama.Â
Na Hee-do bertingkah layaknya remaja seumurannya yang punya idola. Keceriaan Na Hee-do saat hujan lebat, dia merelakan payungnya untuk dipakai Ko-Yurim untuk pulang ke rumah.Â
Payung itu diterbangkan dari atap sekolah.Â
Suara kebahagiaan Na Hee-do yang girang terdengar saat payung mendarat di hadapan Ko-Yurim, sebagai fans Ko-Yurim, Na Hee-do bersembunyi, dia itu tulus memberi payungnya tanpa ingin dilihat sama sekali. Di ruang kamarnya mereka saling bercerita namun saat bertemu, Ko Yurim punya perlakuan yang sangat dingin. Na Hee-do chatting dengan Ko-Yurim dengan nama samaran. Mereka tidak saling tau, walaupun begitu, mereka berharap suatu hari nanti mereka akan bertemu.Â
keseruan selama latihan Na Hee-do dan Ko Yu-rim, dalam kutiapan :
"How do you feel to beat your opponent?" coach Yang asked.