Beberapa saat yang lalu, saya melihat berbagai perbincangan dan informasi tentang dua pilot pesawat Lion Air telah terbukti mengkonsumsi narkoba. Hal ini merupakan contoh konkrit yang mengkritik pendidikan di Indonesia secara tidak langsung. Kasus diatas membuktikan bahwa orang yang memiliki pendidikan tinggi bukan berarti menunjukkan orang yang terdidik. Dibuktikan disini pendidikan di Indonesia kurang mengajarkan nilai-nilai yang lebih nyata yang sebenarnya dibutuhkan dalam kehidupan. Selama ini, masyarakat Indonesia hanya mengenal pendidikan secara teori tetapi bungkam dalam prakteknya. Bahkan, hanya mencari pendidikan demi status dan kewajiban, bukan sebagai kebutuhan diri.
Sebenarnya, dalam mendapatkan pendidikan di Indonesia sudah sangat mudah. Salah satu buktinya, pemerintah Indonesia berusaha mendirikan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan sekolah gratis dengan harapan seluruh masyarakat Indonesia mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas dalam hidupnya. Tetapi hasilnya? Nol besar! Sebagian warga Indonesia yang diberi kesempatan untuk menjadi pribadi yang berkualitas tersebut, justru berbalik arah dan mengesampingkan hal itu menjadi kewajiban semata.
Pendidikan yang sebenarnya dibutuhkan, sebenarnya merupakan pendidikan karakter dalam diri pelajar. Pendidikan karakter dapat melatih jiwa para pelajar dalam menghadapi kehidupan nyata. Tetapi, di dalam proses pengajaran di Indonesia pendidikan karakter juga belum diterapkan secara menyeluruh dan diutamakan dalam pendidikan. Banyak instansi-instansi pendidikan yang belum menyadari betapa pentingnya pendidikan berkarakter dalam diri siswa-siswi. Rata-rata, sekolah yang biayanya tinggi saja yang memiliki pendidikan karakter. Tidak di kalangan sekolah gratis maupun sekolah yang memiliki biaya rendah. Maka dari itu, hanya orang yang berkemampuan finansial tinggilah yang kemungkinan besar mendapatkan pendidikan karakter tersebut.Pendidikan berkarakter dianggap penting untuk membangun diri pemuda menjadi pemimpin agar dapat mengubah dunia.
Jika terus seperti ini, bagaimana nasib Indonesia di kemudian hari? Akankah Indonesia bergantung kepada negara lain dan bekerja untuk mereka? Hal ini bisa saja terjadi jika cara belajar pelajar terus menetap seperti sekarang. Pelajar masa kini terbiasa dengan cara belajar yang monoton, yaitu berdiam diri di depan kertas untuk memperoleh nilai terbaik. Hanya sebatas nilai di atas kertas, bukan menyerap nilai kehidupan yang dapat diambil dari suatu pelajaran. Dengan cara belajar tersebut, para pelajar Indonesia secara tidak langsung dilatih untuk bekerja dibawah tangan orang lain. Maka, pemuda masa kini harus dibiasakan dalam memimpin dan bersosialisasi yang baik.
Berbeda dengan pendidikan di luar negri. Disana sebagian besar instansi pendidikan menerapkan pendidikan karakter dalam menciptakan pelajar yang berkualitas. Tidak membandingkan mana sekolah yang murah ataupun mahal.
Dalam mengolah pendidikan karakter, kualitas guru dan pelajaran merupakan komponen utama dalam membangun karakter dalam diri siswa. Maka, untuk membangun negara yang lebih maju dan pendidikan yang seharusnya harus dimulai dengan memberikan pendidikan karakter dan pendidikan yang berkualitas. Bukan memberikan sekolah gratis yang hanya dapat memberikan status semata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H