Mohon tunggu...
Ang Smarandana
Ang Smarandana Mohon Tunggu... -

Ang Smarandana

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Malam Mawaddah

10 Juli 2012   03:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:07 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Wangi apakah berhembus di kelambu? Semerbakkenangan yang telah purba. Malam pertama, melati bersemi malu-malu, kupeluk dengan haru: isteriku, biar kubuka dadamu, aku rindu tulang rusukku.

Kita bangun istana dengan sejuta canda dan cumbu yang tak kenal lelah. Taman-taman tercipta di bawah pipimu yang merah. Keringat menderas bergelak bagai sungai-sungai lembah, lengan-lengan kita seperti jembatan yang merenda waktu menjadi rangkaian madah. Nafas kita memenuhi kamar lalu  mengembun di kaca jendela. Tiba-tiba menjadi gerimis melukis bianglala.

Kita melewatinya, menciptakan panorama. Tak pernah ada negeri lebih mengesan untuk dikenang, selain yang kita lewati bersama. Selain yang kita bangun bersama: apa pun namanya, ia adalah nirwana. Tempat paling sakinah di alam semesta, apa pun namanya, bersyukur kita penghuninya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun