Di tengah krisis ekonomi yang melanda, ada fenomena menarik yang sedang berkembang di kalangan Gen Z: doom spending. Menurut sebuah survei, hampir 40% Gen Z mengaku lebih sering berbelanja impulsif sejak pandemi melanda, meskipun mereka tahu bahwa ekonomi sedang terpuruk. Ini menciptakan pertanyaan besar: Mengapa generasi muda yang cerdas ini memilih untuk menghabiskan uangnya di saat yang penuh ketidakpastian? Apakah belanja menjadi pelarian dari tekanan hidup atau ada faktor lain yang memengaruhi keputusan mereka? Fenomena ini mengundang banyak pertanyaan tentang kebiasaan konsumsi dan kesehatan keuangan Gen Z di tengah masa krisis.
Doom spending adalah fenomena di mana seseorang, khususnya Gen Z, cenderung mengeluarkan uang secara impulsif meskipun mereka menyadari adanya ketidakpastian ekonomi. Dalam kondisi seperti krisis ekonomi atau ketegangan sosial, perilaku ini muncul sebagai cara untuk mengatasi stres atau sebagai respons terhadap rasa takut akan masa depan yang suram. Berbeda dengan tren konsumsi pada generasi sebelumnya, seperti Milenial yang cenderung lebih berorientasi pada tabungan dan investasi untuk masa depan, Gen Z lebih mengutamakan konsumsi jangka pendek. Mereka sering merasa bahwa "hidup hanya sekali" dan berbelanja menjadi cara untuk mendapatkan kebahagiaan sementara, meski sering kali ini berdampak pada kestabilan keuangan mereka di masa depan.
Faktor penyebab utama doom spending di kalangan Gen Z dapat ditelusuri dari beberapa aspek penting. Pertama, ketidakpastian ekonomi dan kesehatan mental memainkan peran besar; banyak dari mereka merasa tertekan oleh kondisi global yang tidak menentu, sehingga berbelanja menjadi cara untuk mengalihkan perhatian atau meredakan stres sementara. Kedua, pengaruh kuat dari influencer dan media sosial turut memperburuk perilaku ini. Gen Z sering terpapar oleh gaya hidup mewah yang dipamerkan oleh influencer, yang memicu keinginan untuk meniru tanpa mempertimbangkan kemampuan finansial. Terakhir, kebiasaan belanja digital yang semakin berkembang memudahkan mereka untuk membeli barang secara impulsif, hanya dengan beberapa klik. Dengan platform e-commerce yang terus berkembang dan tawaran belanja yang semakin menarik, Gen Z semakin terjebak dalam pola konsumsi yang tidak terkontrol.
Dampak doom spending pada Gen Z dapat terasa cukup signifikan, terutama dalam jangka panjang. Salah satu masalah utama adalah gangguan pada kesehatan keuangan pribadi, di mana banyak dari mereka yang terjebak dalam utang konsumsi yang menggunung. Keinginan untuk terus berbelanja meskipun kondisi ekonomi tidak menentu sering kali membuat Gen Z mengabaikan pentingnya menabung atau berinvestasi untuk masa depan. Selain itu, kebiasaan belanja impulsif ini juga meningkatkan ketergantungan pada fasilitas kredit dan pembayaran cicilan. Semakin banyak generasi ini yang menggunakan kartu kredit atau aplikasi cicilan untuk memenuhi keinginan konsumtif, tanpa menyadari bahwa ini bisa menambah beban finansial mereka di masa depan, terutama dengan bunga yang terus berjalan dan kemampuan untuk membayar yang terbatas.
Untuk mengatasi fenomena doom spending, Gen Z perlu membekali diri dengan pendidikan keuangan yang memadai. Memahami pentingnya pengelolaan uang yang bijak, seperti menyusun anggaran bulanan yang jelas, dapat membantu mereka menghindari pembelian impulsif. Salah satu strategi yang efektif adalah dengan memprioritaskan kebutuhan di atas keinginan, serta menyisihkan sebagian pendapatan untuk tabungan atau investasi. Selain itu, alternatif berbelanja yang cerdas juga dapat diterapkan, seperti memilih barang berkualitas yang tahan lama, berbelanja di diskon atau promo, serta memanfaatkan platform barang bekas yang lebih terjangkau. Dengan pendekatan ini, Gen Z dapat menjaga kestabilan keuangan mereka di tengah tantangan ekonomi, sambil tetap menikmati gaya hidup yang lebih terkendali.
Sebagai generasi yang terlahir di tengah kemajuan teknologi dan ketidakpastian ekonomi, Gen Z dihadapkan pada tantangan besar dalam mengelola keuangan pribadi. Namun, melalui pemahaman yang lebih baik tentang perilaku konsumsi dan pentingnya literasi keuangan, mereka dapat menghindari jebakan doom spending yang dapat merugikan di masa depan. Kini saatnya untuk refleksi: apakah kita akan terus terjebak dalam pola belanja impulsif atau mulai membangun kebiasaan keuangan yang lebih bijaksana dan bertanggung jawab? Dengan langkah kecil seperti mengatur anggaran, mengutamakan kebutuhan, dan berbelanja secara cerdas, Gen Z dapat menghadapi masa depan dengan lebih stabil dan siap untuk meraih kesuksesan finansial yang berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H