Permasalahan Stunting di Indonesia
Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang terus berkembang, Indonesia diproyeksikan akan mendapatkan bonus demografi berupa kehadiran penduduk berusia produktif dalam jumlah besar, yang dimana bonus demografi tersebut dapat dioptimalkan untuk mendukung kemajuan Indonesia. Pemerintah terus berupaya untuk memastikan bahwa pertumbuhan penduduk Indonesia tidak berubah menjadi bencana demografi, yang dimana hal tersebut dapat diakibatkan oleh berbagai permasalahan seperti permasalahan stunting.
Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan yang terjadi pada anak, baik gagal pertumbuhan pada tubuh maupun otak, kegagalan tersebut diakibatkan oleh kekurangan gizi yang dialami dalam waktu yang lama sehingga anak mengalami gagal tumbuh seperti tinggi badan yang pendek dan memiliki keterlambatan berpikir dibandingkan anak lainnya. Pemerintah terus berupaya untuk menurunkan angka prevalensi stunting di Indonesia, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan angka prevalensi stunting di Indonesia pada kurun waktu tahun 2017 hingga 2019 masih bersifat fluktuatif dengan kisaran 20 persen hingga 30 persen, angka prevalensi tersebut tergolong tinggi apabila mengacu batas maksimal yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia yang menetapkan batas maksimal angka stunting maksimal 20 persen.
Perkembangan angka prevalensi stunting yang masih bersifat fluktuatif, berkorelasi dengan kondisi kurang gizi di Indonesia yang juga masih tergolong tinggi, Berdasarkan data Kementerian Kesehatan menunjukan bahwa permasalahan gizi kurang pada balita di Indonesia selama kurun waktu tahun 2007 hingga 2018 mengalami peningkatan, yang dimana pada tahun 2007 13% balita mengalami gizi kurang, dan pada tahun 2018 meningkat hingga mencapai 13,8%. Tingginya permasalahan gizi kurang memiliki keterkaitan dengan angka prevalensi stunting, hal ini dikarenakan gizi kurang menjadi salah satu penyebab anak mengalami stunting. Adanya stunting yang dialami oleh anak, kemudian dapat mengancam upaya untuk menjadikan pertumbuhan jumlah penduduk sebagai bonus demografi untuk mendukung upaya memajukan Indonesia, hal ini dikarenakan adanya permasalahan stunting menyebabkan gagal tumbuh kembang pada anak, sehingga kemudian anak tersebut tidak tumbuh secara optimal.
Intervensi Gizi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan Anak Menggunakan Daging Ayam dan TelurÂ
Untuk dapat mengatasi permasalahan stunting, dapat dilakukan dengan melakukan intervensi gizi yang dilakukan pada fase pertumbuhan tertentu seperti pada masa 1000 hari pertama kehidupan anak. Masa 1000 hari pertama kehidupan, merupakan masa yang penting bagi tumbuh kembang anak, hal ini dikarenakan pada masa ini anak tumbuh dan berkembang dengan cepat dan signifikan, masa ini tidak berulang dan tidak terjadi pada kelompok usia lain. Masa 1000 hari pertama kehidupan dapat dimanfaatkan untuk melakukan intervensi gizi yang dilakukan dengan memperbaiki kondisi gizi anak dengan memberikan makanan guna memenuhi kebutuhan gizi anak, sehingga kebutuhan gizi anak tercukupi dan dapat mencegah atau menanggulangi permasalahan gizi anak. Pemberian makanan dalam upaya intervensi gizi pada anak, penting untuk mempertimbangkan kandungan gizi yang terkandung dalam makanan yang diberikan, sehingga pemberian makanan tersebut dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi.
Daging ayam dan telur ayam merupakan jenis makanan yang dapat digunakan dalam upaya intervensi gizi guna mencegah terjadinya stunting pada anak, dikarenakan daging ayam dan telur ayam memiliki kandungan gizi yang bermanfaat dalam mendukung tumbuh kembang anak. Daging ayam memiliki kandungan protein, zat besi, magnesium, vitamin, dan fosfor yang kemudian dapat mendukung tumbuh kembang anak. Selain itu, daging ayam juga memiliki kandungan kolin dan vitamin-c yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan perkembangan otak anak. Sedangkan telur ayam merupakan salah satu sumber protein hewani, yang dapat membantu dalam mendukung tumbuh kembang anak. Agar dapat dikonsumsi anak dengan mudah, daging ayam dan telur ayam dapat diolah kedalam bentuk MPASI, makanan camilan, atau bentuk makanan lainya yang mudah dikonsumsi oleh anak-anak. Sebagai makanan yang mengandung banyak gizi, baik daging ayam, maupun telur ayam dapat digunakan sebagai pangan utama yang dikonsumsi anak pada masa 1000 hari pertama kehidupan, sehingga dapat membantu dalam mencegah timbulnya berbagai bentuk permasalahan gizi seperti stunting yang dapat menganggu tumbuh kembang anak.
Selain ditinjau berdasarkan kandungan gizi, pemanfaatan daging ayam dan telur ayam sebagai pangan utama yang dikonsumsi anak pada masa 1000 hari pertama kehidupan juga didukung oleh ketersediaan dan harga daging ayam dan telur ayam di pasaran yang terjangkau oleh masyarakat. Daging ayam dan telur ayam merupakan komoditas pangan yang banyak ditemukan dengan ketersediaan yang melimpah dan harga yang terjangkau dipasaran baik di pasar tradisional maupun pasar modern. Dengan ketersediaan yang melimpah, serta harga yang terjangkau, kemudian dapat mempermudah masyarakat untuk mendapatkan daging ayam, dan telur ayam untuk kemudian dimanfaatkan sebagai pangan utama yang dikonsumsi anak pada masa 1000 hari pertama kehidupan.
Saran
Penting untuk memahami bahwa permasalahan stunting dapat dicegah, dan ditanggulangi melalui upaya intervensi gizi, dengan memberikan pemenuhan gizi yang dibutuhkan untuk menunjang tumbuh kembang anak. Masa 1000 hari pertama kehidupan anak merupakan masa krusial bagi pihak orang tua untuk melakukan upaya intervensi gizi guna menanggulangi stunting yang dialami oleh anak, dengan memberikan berbagai jenis pangan yang mengandung gizi yang dibutuhkan oleh anak. Ayam dan telur merupakan jenis pangan yang dapat diberikan dalam upaya memenuhi kebutuhan gizi anak untuk menanggulangi stunting, hal ini dikarenakan ayam dan telur mengandung protein yang dibutuhkan oleh anak untuk menunjang tumbuh kembang.
Dalam upaya memanfaatkan daging ayam dan telur sebagai pangan utama untuk pemenuhan gizi anak pada masa 1000 hari pertama kehidupan, penulis menyarankan beberapa hal seperti pentingnya edukasi bagi orang tua untuk memahami kebutuhan gizi anak pada setiap fase pertumbuhan, serta kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai bentuk permasalahan gizi yang dialami anak, sehingga kemudian dapat melakukan upaya pencegahan maupun penanggulangan permasalahan gizi yang dialami anak secara efektif. Pemanfaatan daging ayam dan telur sebagai pangan utama untuk pemenuhan gizi anak pada masa 1000 hari pertama kehidupan, juga harus disertai kemampuan orang tua untuk dapat mengolah daging ayam dan telur menjadi jenis makanan yang disukai anak, baik dari segi bentuk, tekstur, warna, dan juga rasa, guna mendorong anak untuk mengkonsumsi makanan yang dibuat.