Mohon tunggu...
Anggun Rahadian
Anggun Rahadian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo Assalamualaikum...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mampukah Indonesian Wave Sepopuler Korean Wave?

17 Oktober 2024   11:40 Diperbarui: 17 Oktober 2024   12:05 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Girlband Korea Blackpink saat konser di Jakarta [Sumber: Official akun X, Blackpink]

Korean Wave atau Hallyu adalah istilah populer dari produk dan budaya Korea Selatan yang telah menyebar ke berbagai negara di dunia dalam beberapa tahun terakhir, termasuk Indonesia. Produk Korean wave berupa film (K-Movie), drama (K-Drama), musik (K-Pop), makanan, pariwisata, fashion, gaya hidup bahkan kecantikan (K-Beauty). Selain itu, peran media sosial menjadi salah satu faktor kesuksesan Korean Wave menjadi fenomena baru. Ketika berbicara tentang Korean Wave, orang akan mengaitkannya dengan K-Pop dan K-Drama. Kepopuleran K-Pop dan K-Drama, khususnya K-Pop perpaduan budaya Asia dan Barat yang menjadi gelombang tersendiri di kalangan muda. Generasi Z dan Alpha, yang tumbuh pada era digital sangat terpengaruh dengan tren ini. Grup musik Korea Selatan seperti BTS, Blackpink, EXO, dan sebagainya berhasil merebut hati masyarakat Indonesia dengan lagu-lagu mereka yang catchy, dance yang energik, dan penampilan panggung yang menawan.

Para K-Popers, julukan bagi penggemar K-Pop ini tidak hanya mendengarkan musik mereka. Kehadiran K-Pop juga mempengaruhi beberapa aspek kehidupan mereka, mulai dari fashion, komunikasi, gaya hidup, dan nilai-nilai sosial. Hal ini tercermin dalam meningkatnya permintaan akan merchandise, album, dan konser K-Pop di Indonesia. Tak segan para K-Popers ini dapat menggelontorkan uang yang tidak sedikit untuk bertemu dengan idola mereka. Para K-Popers ini membentuk komunitas online yang solid untuk mendukung idola, berbagi konten, dan bahkan mengkoordinasikan iklan untuk promosi. Fanbase ini berpengaruh dalam kepopuleran K-Pop di pasar global.

Munculnya Korean Wave di Indonesia

Drama berjudul Endless Love yang tayang pada tahun 2002 menjadi awal kemunculan dari Korean Wave di Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyambut baik Korean Wave. Popularitas Korean Wave di Indonesia salah satunya dapat digambarkan melalui tayangan K-Drama di televisi lokal. Indosiar merupakan salah satu pelopor jaringan televisi lokal Indonesia yang melakukan impor K-Drama dari berbagai stasiun jaringan televisi di Korea Selatan, seperti KBS, SBS, MBC, JTBC dan TvN. Beberapa K-Drama yang ditayangkan di Indosiar meraih sukses, seperti drama Full House, Boys Before Flower, Jewel in the Palace, dan lainnya. Tayangan program Music Bank yang sempat ditayangkan oleh Indosiar juga mendapat perhatian dari masyarakat Indonesia untuk lebih mengenal K-Pop. Penyelenggaraan K-Pop Cover Dance Festival 2013 juga dinilai sebagai pendorong ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap kebudayaan Korea Selatan.

Semakin banyak orang menggunakan produk Hallyu, maka perekonomian Korea Selatan akan semakin baik. Karena Hallyu memberikan kesan positif sehingga Hallyu menarik di mata dunia internasional. Pendapatan dari penjualan album, tiket konser K-Pop, efek tayangan drama terhadap wisatawan yang berkunjung ke Korea Selatan, dan apapun itu akan mempengaruhi pendapatan negara. Oleh karena itu, pemerintah Korea Selatan telah melakukan banyak hal untuk melanjutkan perkembangan Hallyu. Ya, pemerintah telah berhasil mendukung pengembangan Hallyu untuk memajukan perekonomian Korea Selatan.

Bagaimana dengan Indonesian Wave?

Berkaca dari kesuksesan Korean Wave, seharusnya Indonesia juga bisa terinspirasi. Karena ekonomi kreatif telah menjadi salah satu sektor yang menjanjikan di Indonesia. Menurut Joannes yang sempat menjabat sebagai Koordinator Fungsi Ekonomi Kreatif dan Digital di KBRI Seoul (dilansir dari antaranews), Indonesia harus bekerja sama dengan Korea, yang sukses menyebarkan karya kreatifnya ke dunia luar, bukan hanya drama televisi, namun juga musik, budaya, dan kuliner. Salah satu jalan kolaborasi yang ditempuh adalah melalui pendidikan, yakni antar universitas. Hal itu demi mencontoh praktik terbaik bahwa pekerja seni di Korea biasanya melalui proses pendidikan tinggi formal. Selain itu, Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kemenparekraf, Muhammad Neil El Himam (dilansir dari republika) menambahkan bahwa adanya potensi besar ekonomi kreatif, khususnya didalam subsektor film. Menurutnya, film sebagai alat komunikasi yang efektif untuk mempromosikan nilai-nilai sosial, budaya, dan potensi ekonomi kreatif.

Pentingnya peran pemerintah dalam membangun dan membimbing industri film. Hal ini terutama untuk menghasilkan film berkualitas yang memenuhi standar yang setara dengan Korea Selatan. Pemerintah tidak boleh membiarkan industri film berjalan secara otomatis tanpa campur tangan pemerintah. Pemerintah harus bekerja keras untuk mengembangkan industri ini agar film Indonesia bisa bersaing dengan film Korea dari segi kualitas. Kabar baiknya adalah salah satu Series Indonesia berjudul "Gadis Kretek" baru saja memenangkan penghargaan Best Mini Series dalam kategori International Competition Program di Seoul International Drama Awards 2024. Indonesia mengenalkan kebudayaan jawa lewat film "Gadis Kretek" seperti pakaian kebaya yang dipakai para pemainnya dan cara berperilaku. Adanya kemenangan ini, Indonesia tak hanya mengukir prestasi di panggung international, namun juga menunjukkan kualitas produksi drama Indonesia yang semakin diperhitungkan di kancah global.

Dengan adanya penyebaran Korean Wave ini, Indonesia dan Korea Selatan telah menandatangani kerjasama dalam bentuk pengembangan industri kreatif pada tahun 2016. Beberapa kerjasama di subsektor seperti film, fashion, animasi, kuliner, konten TV, komik, teknologi informasi dan seni pertunjukan telah berjalan dalam beberapa tahun belakangan ini. Pemerintah Indonesia diharapkan ikut mempelajari strategi dari pemerintah Korea Selatan untuk mendukung mengenalkan budaya bangsa Indonesia ke dunia internasional. Strategi pemerintah Korea Selatan seperti mengasah sumber daya manusia, memberikan fasilitas untuk komunitas seni, dan rajin untuk melakukan diplomasi budaya. Pemerintah Indonesia juga diharapkan terus memotivasi untuk pengembangan ekonomi kreatif dengan mengutamakan kreativitas, informasi, dan nilai intelektual untuk menyejahterakan masyarakat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun