Mohon tunggu...
anggun prasasti
anggun prasasti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

memiliki hobi membaca au angst

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kehendak Berkuasa Friedrich Nietzsche

25 November 2023   09:03 Diperbarui: 25 November 2023   11:13 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Konsep "kehendak berkuasa" (will to power) merupakan salah satu konsep sentral dalam pemikiran Friedrich Nietzsche. Konsep ini memainkan peran penting dalam analisisnya terhadap kehidupan, moralitas, dan kebudayaan. Meskipun Nietzsche tidak menuliskan karya-karya besar yang secara eksplisit membahas kehendak berkuasa, gagasan ini tersebar di berbagai tulisannya. Asal Mula Kehendak Berkuasa: Nietzsche melihat kehendak berkuasa sebagai dorongan fundamental dalam diri setiap makhluk hidup. Ia percaya bahwa kehendak berkuasa merupakan sumber dari segala tindakan dan aspirasi. Gagasan ini menyiratkan dorongan untuk berkembang, mencapai keunggulan, dan mengekspresikan diri.

Sebagai contoh, akhir-akhir ini kita sedang diperdebatkan dengan Dinasti Politik berevolusi dengan cepat dari yang diperkirakan. Tak butuh waktu lama bagi generasi kedua dinasti politik untuk masuk dalam lingkaran kekuasaan di pusat ataupun daerah. Isu dinasti politik yang mencuat setelah anak dan menantu Presiden Jokowi memasuki arena kontestasi Pemilu 2024 baik sebagai peserta maupun pendukung/pengusung. Sebelumnya, isu dinasti politik Jokowi bergulir sejak Pilkada Serentak 2020. Isu itu berembus karena putra dan mantu Jokowi, Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution, menjadi kepala daerah. Isu itu kembali bergulir menjelang Pilpres 2024. Putra sulung (Gibran Rakbuming Raka) dan menantunya (Bobby Nasution) kini menjabat sebagai kepala daerah, sedangkan putra bungsunya (Kaesang Pangarep) didapuk menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Sebelumnya Putra bungsu presiden Jokowi tidak tertarik untuk memasuki dunia politik, ia juga merupakan seorang podcaster. Namun saat ini ia menjabat sebagai ketua umum partai PSI yang menjadi salah satu partai pengusung Prabowo-Gibran. 

Adapun, putra sulung Jokowi, yaitu Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kini resmi menjadi calon wakil presiden (cawapres) pendamping calon presiden (capres) Prabowo Subianto. Keduanya, menjadi pasangan calon (paslon) nomor urut 2. Sementara itu, menantu Jokowi Bobby Nasution merupakan Wali Kota Medan yang baru saja dipecat oleh partai asalnya yakni PDI Perjuangan (PDIP) akibat mendeklarasikan dukungannya kepada Prabowo-Gibran, bukan kepada paslon nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang diusung PDIP. 

Konsep kehendak untuk berkuasa (the will to power) adalah salah satu konsep yang paling banyak menarik perhatian dari pemikiran Nietzsche. Dengan konsep ini ia bisa dikategorikan sebagai seorang pemikir naturalistik (naturalistic thinker), yakni yang melihat manusia tidak lebih dari sekedar insting-insting alamiahnya (natural instincts) yang mirip dengan hewan, maupun mahluk hidup lainnya. yang menyeluruh (wholism). Dari semua fragmen tersebut, menurut Porter, setidaknya ada tiga pengertian dasar tentang kehendak untuk berkuasa, yakni kehendak untuk berkuasa sebagai abstraksi dari realitas (1), sebagai aspek terdalam sekaligus tertinggi dari realitas (the nature of reality) (2), dan sebagai realitas itu sendiri apa adanya (reality as such) (3), Ketiga makna itu bisa disingkat dalam rumusan berikut, sebagai hakekat terdalam dari alam semesta beserta dengan geraknya yang dilihat dari sisinya yang paling gelap. 

Dalam bahasa Nietzsche kehendak untuk berkuasa adalah "klaim kekuasaan yang paling tiranik, tak punya pertimbangan, dan tak dapat dihancurkan. "Bisa dikatakan ketika berbicara tentang kehendak untuk berkuasa, Nietzsche berubah menjadi seorang filsuf monistik, yang melihat realitas tersusun dari satu unsur terdalam (fundamental aspect) yang menentukan segalanya. Unsur terdalam itulah yang disebutnya sebagai kehendak untuk berkuasa. Ini adalah gambaran intuitif realistik tentang realitas kehidupan manusia, dan kehidupan alam semesta pada umumnya. Dorongan ini tidak dapat ditahan, apalagi dimusnahkan, karena segala sesuatu yang ada berasal dari padanya. 

Jadi seluruh realitas ini, dan segala yang ada di dalamnya, adalah ledakan sekaligus bentuk lain dari kehendak untuk berkuasa. Ia ada di dalam kesadaran sekaligus ketidaksadaran manusia. Ia ada di dalam aspek intelektual sekaligus instingtual manusia. Kehendak untuk berkuasa adalah dorongan yang mempengaruhi sekaligus membentuk apapun yang ada, sekaligus merupakan hasil dari semua proses-proses realitas itu sendiri. Semua ini terjadi tanpa ada satu sosok yang disebut sebagai pencipta, atau subyek agung. Semua ini adalah gerak realitas itu sendiri yang berjalan mekanis, tanpa pencipta dan tanpa arah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun