Mohon tunggu...
Anggun Oktari
Anggun Oktari Mohon Tunggu... -

A mother of two daughters

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terima Kasih, Bu Risma

6 Maret 2014   20:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:10 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kotanya panas, itu yang pertama kali terlintas di pikiran ketika mendapat kabar suami akan dipindahtugaskan ke Surabaya. Apa kami sekeluarga bisa betah tinggal di sana ya? Pertanyaan yang berseliweran di pikiran menjelang kepindahan. Kegalauan ini membawa kami kepada 'mbah' google. Dan mulai mencari tahu sebenarnya ada apa saja sih di kota pahlawan ini. Mulai dari jenis kuliner sampai tempat-tempat asyik yang bisa dikunjungi bersama keluarga.

Sedikit mengejutkan, hasil pencarian kami menunjukkan Surabaya adalah salah satu kota layak huni yang ada di Indonesia. Hal ini dikarenakan banyaknya ruang publik yang ada di sana. Dan ternyata ada andil sesosok wanita dalam mewujudkan Surabaya menjadi kota layak huni ini.

Itulah awal mula kami tahu namanya, Tri Rismaharini. Wanita 52 tahun ini sekarang menjabat sebagai wali kota Surabaya. Banyak kebijakan-kebijakan apik di masa jabatannya. Salah satu yang paling kami sukai adalah banyaknya ruang terbuka hijau sebagai ruang publik di Ibukota Propinsi Jawa Timur ini. Akhirnya akhir pekan bisa kami lewati di luar rumah dengan suka cita tanpa harus ke mall. Dan bonusnya, gratis pula.

Ruang terbuka hijau favorit kami adalah Taman Bungkul. Taman ini pernah mendapatkan penghargaan internasional "The 2013 Asian Townscape Award" dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Memang taman ini termasuk paket komplet. Fungsi sosial, budaya, rekreasi, dan pendidikannya sangat menonjol. Dilengkapi dengan jogging track, arena skateboard, plaza untuk live performance, air mancur, arena bermain anak, dan fasilitas internet nirkabel membuat Taman Bungkul sangat nyaman untuk dijadikan tempat tujuan warga berekreasi.Dan bijaknya lagi para pedagang makanan kaki lima dibuatkan tempat berjualan terpusat di pujasera belakang taman. Rejeki untuk mereka tetap mengalir, taman tetap sedap dipandang tanpa banyak PKL berkeliaran.

Bu Risma sendiri pernah berkata Taman Bungkul adalah miniatur mimpinya. "Tidak ada perbedaan antara si kaya dan si miskin ataupun balita dan lansia di sana", ujarnya. Memang benar adanya. Jika hari minggu ketika ajang car free day berlangsung, Taman Bungkul selalu ramai oleh pengunjung. Mulai dari orang tua yang mendorong bayi mereka dengan stroller bermerk terkenal sampai yang hanya menggendong dengan kain jarik. Mulai dari orang yang lari pagi dengan sepatu olahraga mahal sampai yang berjalan-jalan beralaskan sandal jepit. Mulai dari kakek tua yang duduk menikmati indahnya air mancur sampai balita yang tertawa riang bermain ayunan. Alhamdulillah mimpimu jadi nyata, Bu Risma.

Beberapa waktu lalu, Bu Risma menjadi tamu di salah satu acara talkshow di stasiun televisi swasta. Penampilannya sungguh sederhana, namun bersahaja. Dengan menggunakan jilbab instan andalan dan tanpa polesan make up tebal, beliau bercerita tentang keinginannya menutup lokalisasi di Surabaya. Air mata mengalir ketika beliau bercerita tentang perjuangannya yang menemui banyak rintangan. Bagaimanapun pemimpin juga manusia, tapi pemimpin yang baik adalah yang selalu mementingkan kepentingan rakyatnya daripada kepentingan pribadi. Air mata Bu Risma menjadi saksi, betapa beliau sangat menyayangi rakyatnya. Ketika disinggung soal kemungkinan pencalonan dirinya dalam pemilihan calon presiden, beliau menolak dengan dalih tidak ingin menjadi yang terakhir masuk surga di antara ratusan juta rakyat Indonesia. Itulah sejatinya seorang pemimpin, menyadari bahwa jabatan itu amanah bukan sebuah ambisi.

Ada pepatah menyebutkan bahwa apa yang dikerjakan dengan hati akan sampai ke hati. Itu yang saya rasakan dari seorang Bu Risma. Melihat perjuangannya menata Surabaya, blusukan ke daerah-daerah untuk langsung mengatasi masalah di tempat, menutup lokalisasi, menampung anak-anak jalanan, mengatur para pedagang kaki lima, menaruh rasa simpati yang besar di hati. Tak perlu pencitraan. Jika memang amanah, apa-apa yang dikerjakan seorang pemimpin akan terlihat adanya. Beliau akan terasa keberadaannya meski sesungguhnya tak pernah berjumpa.

Kini sudah tujuh bulan kami menjadi penduduk Surabaya. Dengan kota yang tertata rapih, suasana yang nyaman, dan pemimpin yang amanah, siapa yang tidak akan betah? Sudah sepantasnya kami ucapkan "Terima kasih, Bu Risma untuk perjuangannya." Terima kasih sudah menghadirkan senyum di wajah anak-anak kami setiap kali bermain di taman-taman hijau di kota ini. Terima kasih untuk kota yang asri dan asyik sehingga membuat kerinduan akan kampung halaman terobati. Tetap semangat berjuang, Bu! Salam semangat dari kami, penduduk barumu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun