Mohon tunggu...
Anggun Oktari
Anggun Oktari Mohon Tunggu... -

A mother of two daughters

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bekerja atau Tidak, Surga Tetap di Telapak Kakinya

11 Maret 2014   23:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:03 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia ibu-ibu itu keras, jendral! Mungkin karena wanita itu cenderung sensitif sehingga hal yang sederhana pun bisa menjadi sesuatu permasalahan yang besar. Tahukah anda bahkan saat ini si ibu sendiri sudah ada jenis-jenisnya. Ah sungguh rumit ya. Ada yang disebut 'stay at home mom'. Mereka ini ibu-ibu yang memilih tidak bekerja dan fokus membesarkan anak di rumah. 'Working mom' sebutan untuk ibu-ibu bekerja yang menyerahkan pengasuhan anak pada pihak yang terpercaya ketika ia berada di kantor. Dan yang ter'hits' saat ini adalah 'working at home mother'. Mereka yang katanya meski diam di rumah mengasuh anak, tetap bisa mempunyai penghasilan sendiri. Parahnya kadang sampai terjadi perang dingin dan adu argumen di antara ibu-ibu ini. Berdebat mana yang katanya paling menyenangkan, mana yang katanya paling baik. Padahal apalah artinya sebuah sebutan bagi seorang ibu. Surga tetap ada di telapak kakinya asalkan dia amanah, baik bekerja atau diam di rumah, baik berpenghasilan sendiri ataupun tidak.

Saya sendiri memilih tidak bekerja. Alasan utamanya karena suami adalah seorang perantau nusantara. Pekerjaannya menuntut beliau untuk siap ditempatkan di mana saja dan kapan saja. Karena sejak sebelum menikah kami sepakat bahwa keluarga itu harus tinggal bersama, kami pun sangat menghindari 'long distance marriage'. Itulah mengapa saya memilih tidak bekerja supaya fleksibel saat suami tiba-tiba harus pindah kota.

See? Ada alasan di setiap pilihan yang diambil seorang ibu. Bisa jadi memilih bekerja karena ada orang tua yang perlu sokongan dana. Bisa juga memilih tetap berkarya dari rumah karena ingin membelikan hadiah untuk suami dari uang hasil keringat sendiri. Iya, alasan sesederhana itu ada.

Yang harus diingat, ketika sudah menetapkan pilihan maka lalukanlah pilihan tersebut dengan totalitas. Ketika sudah memilih untuk tidak bekerja, tinggal di rumah dan fokus membesarkan anak maka lakukanlah itu dengan penuh kesungguhan. Anak tidak hanya membutuhkan kuantitas tapi juga waktu yang berkualitas bersama orang tua mereka. Jangan sampai judulnya menemani anak bermain tapi jiwanya tidak hadir. Sibuk dengan media sosial demi sebuah eksistensi. Jangan sampai juga di rumah setiap hari tapi anak malah kurang gizi.

Begitupun yang memilih bekerja. Jangan sampai makan gaji buta. Waktunya bekerja malah sibuk di dunia maya. Sampai di rumah, lelah. Diajak main anak malah marah-marah.

Setiap pilihan ada konsekuensinya. Rasa bosan dan hilangnya kebebasan finansial untuk ibu yang memilih di rumah. Manajemen waktu dan emosi yang baik, serta menjaga ikatan batin dengan anak untuk para ibu bekerja. Dengan adanya resiko dari masing-masing peranan rasanya pepatah rumput tetangga selalu lebih hijau seharusnya tak ada. Setiap ibu memiliki perjuangannya masing - masing. Tak mudah tentu saja. Karena jika mudah, tak kan berbuah surga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun