Glintung Go Green: Mengubah Kampung Menjadi Model Kampung Hijau Berkelanjutan
Oleh Mahasiswa Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, Pascasarjana Universitas Negeri Malang
Di tengah kesibukan Kota Malang, terdapat sebuah kawasan yang menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat dapat bergerak bersama untuk menciptakan perubahan lingkungan yang berkelanjutan. Kampung Glintung, yang terletak di Kecamatan Lowokwaru, kini telah dikenal sebagai Glintung Go Green (G3), sebuah inisiatif berbasis masyarakat yang menggabungkan konsep keberlanjutan lingkungan dengan pemberdayaan sosial ekonomi. Sebagai bagian dari program studi Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Pascasarjana Universitas Negeri Malang, kami melakukan observasi langsung untuk mempelajari lebih dalam tentang keberhasilan dan tantangan yang dihadapi oleh komunitas ini.
Membangun Kesadaran Lingkungan dari Akar Rumput
Glintung Go Green dimulai dengan sebuah visi sederhana: menjadikan kampung ini sebagai contoh bagaimana komunitas lokal dapat mengelola lingkungan mereka dengan cara yang ramah lingkungan, berkelanjutan, dan memberikan manfaat sosial yang nyata. Dimulai dari pengelolaan sampah rumah tangga, pengurangan banjir dengan biopori dan sumur resapan, hingga pengembangan urban farming yang mendukung ketahanan pangan, G3 telah berhasil menciptakan perubahan yang signifikan.
Selama observasi kami, kami melihat betapa warga Glintung bekerja dengan penuh semangat untuk menerapkan prinsip-prinsip ramah lingkungan. Salah satunya adalah bank sampah, di mana warga secara aktif memilah sampah dan menyetorkannya ke bank sampah yang dikelola dengan baik. Program ini tidak hanya mengurangi volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA), tetapi juga memberikan nilai ekonomi kepada warga melalui hasil daur ulang dan penjualan sampah plastik.
Urban Farming: Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Ekonomi Masyarakat
Di tengah sempitnya lahan perkotaan, warga Glintung telah mengadopsi berbagai teknik pertanian perkotaan, seperti hidroponik dan vertikultur, untuk memanfaatkan halaman rumah mereka. Keberhasilan urban farming ini tidak hanya meningkatkan ketahanan pangan keluarga, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru. Hasil pertanian yang mereka jual di pasar lokal memberikan tambahan penghasilan yang signifikan.
Pentingnya keterlibatan komunitas dalam kegiatan ini tidak hanya mengedukasi mereka mengenai pentingnya bertani di lingkungan perkotaan, tetapi juga mempererat hubungan antarwarga. Setiap rumah memiliki kebun kecil yang tidak hanya untuk konsumsi pribadi tetapi juga untuk saling berbagi. Hal ini memperlihatkan betapa kolaborasi di tingkat komunitas dapat memberikan hasil yang lebih besar daripada sekadar upaya individu.
Sistem Pengelolaan Air yang Inovatif