Meskipun pertempuran ini berakhir dengan kekalahan bagi pihak Indonesia, semangat perjuangan yang ditunjukkan oleh Bung Tomo dan rakyat Surabaya berhasil menarik perhatian dunia internasional terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Karier Pasca Kemerdekaan
Setelah perang, Bung Tomo terus berkontribusi dalam pemerintahan sebagai Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang dalam kabinet Burhanuddin Harahap dari tahun 1955 hingga 1956. Namun, hubungan antara Bung Tomo dan Presiden Sukarno mulai memburuk setelah ia mengkritik hubungan pribadi Sukarno dengan Hartini. Pada tahun 1960, Bung Tomo menggugat Sukarno karena keputusan presiden untuk membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat. Pada waktu itu, Sukarno membubarkan DPR hasil pemilu 1955 dan menggantikannya dengan DPR-GR (Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong), yang anggota-anggotanya ditunjuk oleh presiden, bukan dipilih oleh rakyat. Bung Tomo, yang merupakan salah satu pahlawan Revolusi dan tokoh yang menjunjung tinggi demokrasi, merasa bahwa langkah Sukarno tersebut berpotensi merusak tatanan demokrasi di Indonesia. Ia menganggap bahwa DPR seharusnya berfungsi sebagai lembaga perwakilan rakyat yang independen dan tidak dapat begitu saja dibubarkan oleh eksekutif tanpa alasan yang sah.Namun, meskipun gugatan tersebut ditolak, hal ini menandai awal dari penarikan diri Bung Tomo dari dunia politik aktif.
Warisan dan Penghargaan
Bung Tomo meninggal pada 7 Oktober 1981 di Padang Arafah saat menjalankan ibadah haji. Ia dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya. Pada tahun 2008, Bung Tomo resmi dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia. Bung Tomo dijuluki sebagai Pahlawan Nasional karena perannya yang sangat besar dalam membangkitkan semangat perlawanan rakyat Surabaya dan Indonesia secara keseluruhan saat menghadapi tentara Sekutu dan Belanda pada Pertempuran Surabaya 10 November 1945.
Warisan Bung Tomo tetap hidup melalui semangat perjuangan dan pidato-pidatonya yang menginspirasi generasi penerus untuk terus memperjuangkan kemerdekaan dan keadilan. Semboyan terkenalnya "Merdeka atau Mati" masih menjadi motto bagi banyak orang dalam memperjuangkan hak-hak mereka hingga saat ini.
Bung Tomo bukan hanya seorang pemimpin militer; ia adalah simbol keberanian dan semangat juang bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan besar demi meraih kemerdekaan. Keberaniannya untuk berbicara tanpa takut menghadapi risiko menjadikannya salah satu tokoh paling dihormati dalam sejarah Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H