Namaku Putri Kaila. Si pintar, cantik dan sedikit tomboy. Aku punya seorang sahabat bernama Jonathan Arley Mahatama. Dia tampan dan juga kaya raya tapi sikapnya dingin dan cuek.
Kami berteman sejak kami kecil. Kami selalu bersama. Tidak pernah terpisahkan. Semua orang tahu akan hal itu. Orang tua kami pun sudah saling kenal, karena mereka adalah sahabat sejak SMP.
Sampai suatu hari Ale pergi ke Amerika karena Ayahnya bertugas disana. Mau tidak mau aku harus berpisah dengan Ale. Sedih sekali rasanya.
Saat di bandara, sambil menangis aku memeluk Ale dengan erat.
"Jangan tinggalin gue Le"
Ucapku sesegukan
"Kita bakal sering kabar-kabaran kok Ai, begitu sampai disana gue bakal langsung telpon elo"
Ale menghapus air mataku dengan tangannya sembari berkata
"Jangan nangis dong cup cup udah yaa"
Aku kembali memeluk Ale dengan erat. Ale mengelus-elus punggungku untuk menenangkanku.
Pesawat pun terbang.
Setelah itu kami selalu betukar kabar. Setiap hari kami habisan waktu bersama secara virtual. Namun, hal itu hanya berjalan beberapa bulan saja. Tiba-tiba Ale tidak bisa aku hubungi. Aku coba kirim surat tapi tidak ada balasan. Aku selalu menunggu kabar dari Ale.
Hari terus berjalan. Aku mulai terbiasa menjalani hariku tanpa kabar dari Ale. Sampai tiba hari kelulusan SMA. Aku menjadi siswa dengan nilai terbaik disekolah.
Guru BK menyarankanku untuk mendaftar beasiswa di Stanford Univercity di Amerika. Awalnya aku ragu, karena aku tidak pernah berfikir ingin lanjut kuliah.
Namun karena mendapat dukungan dari kedua orangtuaku, aku mencoba untuk mendaftar beasiswa itu, mengambil jurusan Ekonomi. Dan di luar dugaan aku diterima.
Suatu hari ada pesan dari nomor yang tidak dikenal menghubungiku. Kufikir itu dari pihak Stanford Univercity. Ternyata bukan. Aku bertanya-tanya siapa yang menghubungiku.
Saat kubaca
"Hai Ai, ini gue Ale. Apa kabar? Sorry I'm late to inform you"
Aku terkejut sekaligus tidak percaya. Apa benar ini Ale?
Tidak lama setelah kubaca pesan itu, dia lalu mengirimkan pesan lagi padaku
"Please answer me Ai"
Aku balas
"Ini beneran elo Le? Yang waktu kecil lari-lari nangis dikejar bebek?"
Balasku bertanya untuk meyakinkan
"Hahaha iya ini gue Ale, cowo ganteng idaman semua cewe"
Balas Ale menggodaku
"Hahaha, iya percaya deh"
Balasku
"Btw elo dari mana aja Le? Kenapa baru ada kabar? Elo gapapa kan? Papih Mamih gimana? Sehat? Gimana disana? Trus sekolah elo gimana? Elo udah ada temen baru yak? Siapa? Kenalin donggggggggg"
Tanyaku penasaran
"Hahaha sabar dong satu-satu nanya nya, kebiasaan nih nanya nya kek wartawan wkwk, gue baik kok Ai disini, Papih Mamih juga baik Alhamdulillah. Maaf  Ai gue..."
Ale menceritakan semua hal yang terjadi disana.
Dan sejak saat itu kami berhubungan kembali seperti dulu. Aku pun menceritakan hari-hariku selama ini.
Dan ada hal yang sangat mengejutkan sekaligus membahagiakan yaitu ternyata Ale juga berkuliah di Stanford Univercity dan mengambil jurusan yang sama denganku.
Tiba lah hari dimana aku berangkat ke Amerika untuk menempuh pendidikan. Sedih karena harus berpisah jauh dengan orangtua sekaligus bahagia karena bisa bertemu dengan Ale lagi.
Saat di bandara Indonesia Ayah memelukku dan berpesan
"Jaga diri baik-baik disana ya nak, kalo ada yang nakal bilang Ayah biar nanti Ayah hajar"
"Hahaha iya yah"
Jawabku
Bunda juga berpesan
"Kalo ada apa-apa cerita sama Ayah Bunda ya, jangan dipendam sendiri ya sayang ya"
"Iya Bunda. Bunda sama Ayah baik-baik ya disini, Ai pamit"
Jawabku sambil memeluk Bunda.
Pesawat pun terbang.
Aku telah memberitahu Ale bahwa aku akan berangkat ke Amerika hari ini.
"Kalo udah sampe kabarin ya Ai, ntar gue jemput"
Pesan dari Ale
Sesampainya di bandara aku mencari Ale di tengah banyaknya orang. Dari kejauhan aku melihat seorang pria yang kebingungan seperti sedang mencari seseorang, lalu dia melihat ke arahku. Awalnya kami ragu.
Lalu hp ku tiba-tiba berbunyi, telpon dari Ale
"Halo Ai, elo pake baju putih bawa koper biru?"
"Iya bener Le. Elo yang di seberang? Yang pake topi item?
Jawabku bertanya
"Iya bener Ai"
Tanpa pikir panjang kami pun berlari menghampiri satu sama lain sambil berteriak
"Aleeeeee........."
"Aiiiiii........"
Kami berpelukan. Ale memelukku dan mengangkatku sambil berputar. Kami berpelukkan cukup lama. Lalu kami saling memandang dan kembali berpelukkan.
"Gue kangen banget sama elo Le"
Ucapku sambil memeluk Ale
"Gue juga Ai"
Jawab Ale
Kami melanjutkan perjalanan ke Stanford Univercity. Ale membawaku mengelilingi kampus. Sepanjang perjalanan kami tidak berhenti bercerita.
Tidak terasa hari mulai gelap. Ale mengantarku ke asrama kampus dan Ale pulang untuk istirahat.
Masa-masa kuliah pun dimulai. Selama kuliah, Ale selalu ada untukku. Setiap selesai kuliah kami selalu pergi bersama. Kemanapun untuk menghilangkan penat setelah seharian kuliah.
Hari berjalan begitu cepat, bulan depan kami wisuda. Kami sangat senang dan bahagia bisa sampai di titik ini. Walaupun berat dan penuh rintangan kita lewati bersama.
Hari wisuda pun tiba. Aku mendapat predikat Cumlaude. Ale sangat bangga denganku. Kami pun berfoto bersama. Disini kami merayakan kelulusan dengan berpesta bersama teman satu kampus.
Saat malam pesta, aku sedang asik dengan yang lain. Tiba-tiba Ale naik keatas panggung dan mengumumkan sesuatu
"Oke, selamat malam semuanya mohon perhatiannya sebentar. Ada sesuatu yang mau gue sampeiin."
Semua orang langsung memperhatikan Ale. Kira-kira apa yang mau Ale sampaikan.
"Sebenernya udah lama gue pengen sampeiin ini, tapi gue baru berani sekarang. Selama ini gue diem-diem mendem perasaan ke dia. Bertahun-tahun gue nunggu dia. Dia adalah teman gue dari kecil. Dan hari ini gue mau dia jadi teman hidup gue untuk selamanya. Dia adalah Putri Kaila. Wanita terbaik yang pernah gue temuin. Putri Kaila maukah kamu menjadi teman hidupku?"
Aku membeku tidak dapat berkata-kata.
Ale turun dari panggung dan menghampiriku.
Dia berlutut didepanku dengan menunjukan kotak berisi cicin berlian dan berkata
"Will you marry me, Ai?"
Aku tidak menyangka hal ini akan terjadi. Kufikir hanya aku yang menyayanginya, ternyata Ale mempunyai rasa yang sama.
"Yes, I will"
Jawabku
Ale memasangkan cicin ke jari manisku lalu kami berpelukkan. Semua orang bersorak dan tepuk tangan.
Tiba-tiba Ayah, Bunda, Papih dan Mamih ada dipesta itu. Ternyata Ale sudah merencanakan semuanya sampai mendatangkan mereka kesini. Aku sangat terharu dan bahagia.
3 bulan kemudian kami menikah.
Pernikahan dilaksanakan dengan mewah dan megah di Indonesia. Aku tidak menyangka akan menikah dengan anak tunggal kaya raya yang merupakan sahabatku sendiri. Semua orang berbahagia. Dan kami pun hidup bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H