Mohon tunggu...
Anggun DwiLestari
Anggun DwiLestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa di salah satu universitas swasta di Bengkulu, aktif dalam dunia seni dan menjabat sebagai ketua tim tutor pusat bahasa. Keseharian saya diisi dengan kuliah, mengerjakan tugas, dan berpartisipasi dalam kegiatan seni yang menginspirasi. Saya juga sering terlibat dalam diskusi dan kolaborasi kreatif, yang memperkaya pengalaman saya. Selain itu, saya mengatur waktu untuk membantu teman-teman dalam belajar bahasa, yang menjadi bagian penting dari tugas saya sebagai ketua tim tutor. Keseimbangan antara akademik dan seni adalah fokus utama dalam perjalanan saya sebagai mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Makanan sebagai Jendela Pemahaman Lintas Budaya

25 Juli 2024   14:00 Diperbarui: 25 Juli 2024   14:06 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Makanan bukan hanya sekadar kebutuhan dasar manusia, tetapi juga cerminan budaya yang kaya dan beragam. Dalam konteks pemahaman lintas budaya (cross culture understanding), makanan memiliki peran penting dalam memperkenalkan dan menjembatani perbedaan budaya di seluruh dunia. Melalui makanan, kita bisa mempelajari tradisi, nilai, dan sejarah dari berbagai komunitas.

Misalnya, makanan Jepang seperti sushi bukan hanya tentang rasa dan penyajiannya yang artistik, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai keindahan, kesederhanaan, dan penghormatan terhadap bahan makanan. Di sisi lain, makanan Italia seperti pasta dan pizza mencerminkan kebersamaan dan kehangatan keluarga, di mana makanan sering menjadi pusat dari pertemuan keluarga dan sosial.

Di Indonesia, nasi tumpeng adalah simbol dari keberkahan dan rasa syukur yang sering digunakan dalam berbagai perayaan dan upacara adat. Sementara itu, di Meksiko, taco dan guacamole bukan hanya makanan sehari-hari tetapi juga bagian integral dari festival dan perayaan budaya seperti Cinco de Mayo.

Menariknya, cara makanan dipersepsikan dan dikonsumsi dapat sangat berbeda di berbagai budaya. Misalnya, di beberapa negara Barat, makan dengan tangan dianggap kurang sopan, sementara di banyak negara Asia dan Afrika, makan dengan tangan adalah tradisi yang dihormati dan dianggap cara yang lebih terhubung secara emosional dengan makanan.

Selain itu, penggunaan bumbu dan rempah juga sangat bervariasi. Masakan India terkenal dengan penggunaan rempah yang kaya dan kompleks, menciptakan rasa yang berlapis-lapis. Di sisi lain, masakan Eropa seperti Prancis cenderung lebih sederhana dalam penggunaan bumbu, menonjolkan rasa alami dari bahan-bahan berkualitas tinggi.

Menurut Ibu Siti, seorang ibu rumah tangga dari Jawa Tengah, "Makanan adalah cara kami menunjukkan cinta dan perhatian. Setiap kali saya memasak nasi tumpeng untuk keluarga, saya merasa seperti memberikan berkat kepada mereka."

Sementara itu, Antonio, seorang koki dari Italia, mengatakan, "Memasak pasta bagi saya adalah tentang menghubungkan dengan warisan nenek moyang saya. Setiap kali saya membuat saus bolognese, saya merasa terhubung dengan nenek saya yang mengajarkan saya resep ini."

Pemahaman dan penghargaan terhadap perbedaan budaya melalui makanan adalah langkah penting dalam membangun toleransi dan harmoni antar komunitas. Makanan memungkinkan kita untuk mengeksplorasi dunia, tidak hanya melalui rasa tetapi juga melalui cerita dan tradisi yang terkandung di dalamnya. Dengan menikmati dan memahami makanan dari berbagai budaya, kita dapat membuka pintu menuju dunia yang lebih inklusif dan beragam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun