Mohon tunggu...
Anggun Aprilia
Anggun Aprilia Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

hobi tidur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori psiskososial erik erikson

18 Januari 2025   04:00 Diperbarui: 18 Januari 2025   04:00 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori psikosial Erik Erikson adalah salah satu teori perkembangan yang paling berpengaruh dalam psikologi. Erikson mengembangkan model yang menjelaskan perkembangan manusia sebagai serangkaian tahapan yang terkait dengan krisis psikosial atau tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan individu pada berbagai titik dalam kehidupan mereka. Teori ini menekankan interaksi sosial dan perkembangan identitas sebagai bagian integral dari kesehatan mental sepanjang kehidupan.

Erikson percaya bahwa setiap tahap perkembangan berhubungan dengan konflik atau tantangan tertentu yang, jika diselesaikan dengan cara yang sehat, dapat mendukung perkembangan pribadi yang positif. Sebaliknya, jika konflik tersebut tidak terselesaikan dengan baik, dapat mengarah pada kesulitan atau gangguan di masa depan.

Delapan Tahap Perkembangan Psikosial Erik Erikson:
1.Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan (Trust vs. Mistrust) -- 0--1 Tahun
*Tantangan: Bayi mengembangkan kepercayaan terhadap dunia dan orang di sekitarnya, terutama orang tua. Keamanan dan konsistensi dalam perawatan adalah kunci.
*Resolusi: Jika bayi mendapatkan perawatan yang konsisten dan penuh kasih, ia belajar untuk mempercayai dunia dan orang-orang di sekitarnya. Sebaliknya, jika mengalami ketidakpastian atau pengabaian, bayi akan mengalami ketidakpercayaan terhadap orang lain dan dunia.
2.Otonomi vs. Rasa Malu dan Keraguan (Autonomy vs. Shame and Doubt) -- 1--3 Tahun
*Tantangan: Anak mulai mengembangkan kemandirian dan kontrol atas dirinya, termasuk kemampuan untuk berjalan, berbicara, dan melakukan tugas-tugas dasar.
*Resolusi: Jika orang tua memberikan dukungan dan kesempatan untuk anak mencoba hal baru tanpa terlalu mengkritik atau menghukum, anak akan merasa percaya diri dan otonom. Jika terlalu dikontrol atau dihukum, anak dapat merasa malu dan meragukan kemampuan dirinya.
3.Inisiatif vs. Rasa Bersalah (Initiative vs. Guilt) -- 3--6 Tahun
*Tantangan: Anak mulai mengembangkan rasa inisiatif dengan merencanakan dan mengeksplorasi aktivitas baru. Mereka juga belajar tentang batasan melalui interaksi sosial dan aturan.
*Resolusi: Jika anak diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi dan berinisiatif dengan dukungan positif, mereka akan merasa berani dan percaya diri. Jika mereka sering dihukum atau dipermalukan, mereka akan merasa bersalah dan kurang berani mengambil inisiatif.
4.Industri vs. Inferioritas (Industry vs. Inferiority) -- 6--12 Tahun (Sekolah Dasar)
*Tantangan: Anak belajar keterampilan sosial dan akademik di sekolah. Mereka mulai mengembangkan rasa percaya diri dan merasa kompeten dalam hal tertentu.
*Resolusi: Jika anak merasa diterima dan dihargai atas prestasi mereka, mereka akan mengembangkan rasa industri dan kepercayaan diri. Sebaliknya, jika mereka merasa gagal atau dibandingkan dengan teman sebaya yang lebih baik, mereka dapat merasa inferior dan tidak percaya diri.
5.Identitas vs. Kebingungnan Peran (Identity vs. Role Confusion) -- 12--18 Tahun (Remaja)
*Tantangan: Remaja berusaha memahami siapa mereka dan di mana posisi mereka dalam masyarakat. Ini adalah tahap pembentukan identitas.
*Resolusi: Jika remaja berhasil mengeksplorasi berbagai peran dan nilai, mereka akan mengembangkan identitas yang kuat. Jika mereka tidak dapat menemukan peran atau nilai yang cocok, mereka akan mengalami kebingungan identitas dan kesulitan menemukan arah dalam hidup.
6.Intimasi vs. Isolasi (Intimacy vs. Isolation) -- 18--40 Tahun (Dewasa Muda)
*Tantangan: Dewasa muda mulai mengembangkan hubungan intim yang sehat, baik dalam hubungan romantis maupun persahabatan.
*Resolusi: Jika individu dapat mengembangkan hubungan yang penuh kasih dan intim, mereka akan merasa terpenuhi dan terhubung dengan orang lain. Jika mereka tidak dapat membentuk hubungan yang dekat, mereka dapat merasa terisolasi dan kesepian.
7.Generativitas vs. Stagnasi (Generativity vs. Stagnation) -- 40--65 Tahun (Dewasa Tengah)
*Tantangan: Pada tahap ini, individu berfokus pada memberikan kontribusi kepada masyarakat, seperti melalui pekerjaan, keluarga, dan kegiatan sosial.
*Resolusi: Jika individu merasa mereka memberikan dampak positif kepada generasi berikutnya dan masyarakat, mereka akan merasakan kepuasan dan pencapaian. Jika mereka merasa tidak produktif atau terjebak dalam rutinitas, mereka dapat mengalami stagnasi.
8.Integritas Diri vs. Keputusasaan (Integrity vs. Despair) -- 65 Tahun ke Atas (Dewasa Tua)
*Tantangan: Di usia lanjut, individu merenungkan hidup mereka dan menilai pencapaian mereka.
*Resolusi: Jika individu merasa puas dengan hidup mereka dan bagaimana mereka telah menghadapinya, mereka akan merasa integritas diri dan kedamaian. Jika mereka merasa hidup mereka sia-sia atau penuh penyesalan, mereka dapat merasa keputusasaan.

Pentingnya Teori Psikosial Erikson:
1.Proses Berkelanjutan: Teori Erikson menekankan bahwa perkembangan psikosial berlangsung sepanjang hidup, bukan hanya pada masa kanak-kanak atau remaja. Setiap tahap memiliki tantangan dan peluang untuk perkembangan.
2.Peran Sosial: Erikson menekankan pentingnya interaksi sosial dalam perkembangan identitas dan pengambilan keputusan sepanjang hidup. Setiap tahap berhubungan dengan konflik sosial yang harus dihadapi dan diselesaikan.
3.Krisis dan Resolusi: Meskipun krisis di setiap tahap bisa menjadi tantangan, penyelesaian yang sehat dapat membawa individu ke tingkat perkembangan yang lebih tinggi dan lebih seimbang dalam kehidupan mereka.

Contoh Aplikasi:
*Tahap Identitas vs. Kebingungnan Peran (Remaja): Jika seorang remaja mendapat dukungan untuk mengeksplorasi berbagai minat dan nilai, mereka akan mengembangkan identitas yang lebih kuat, sedangkan tanpa dukungan yang tepat, mereka bisa terjebak dalam kebingungnan identitas.
*Tahap Generativitas vs. Stagnasi (Dewasa Tengah): Individu yang merasa bahwa mereka memberi kontribusi positif kepada masyarakat (misalnya, melalui pekerjaan, keluarga, atau aktivitas sukarela) akan merasakan kepuasan dan pencapaian. Jika tidak, mereka mungkin merasa stagnan atau terjebak dalam rutinitas tanpa tujuan.

Kesimpulan:

Teori perkembangan psikosial Erik Erikson menyoroti bahwa sepanjang kehidupan, individu akan menghadapi berbagai tantangan dan krisis yang berkaitan dengan hubungan sosial dan identitas. Keberhasilan dalam mengatasi konflik ini memengaruhi perkembangan psikologis seseorang di setiap tahap kehidupan. Penyelesaian yang sehat dari setiap krisis memungkinkan individu untuk tumbuh lebih matang dan lebih siap menghadapi tantangan berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun