Sampah merupakan produk dari limbah hasil aktivitas manusia baik itu dalam bentuk organik maupun anorganik. Permasalahan terkait sampah di Indonesia selalu menjadi polemik tiap tahunnya karena jumlah dan jenis sampah selalu meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan aktivitas manusia. Â Berdasarkan data dari Kementerian lingkungan hidup dan kehutanan (KLHK), data timbulan sampah nasional tahun 2019 hingga 2022 selalu mengalami peningkatan.Â
Data terakhir tahun 2023, jumlah timbulan sampah nasional mencapai 32 juta ton dengan komposisi jenis sampah dominan adalah sampah makanan (40 %) dengan sumber terbesar adalah dari sampah rumah tangga (SIPSN, 2023). Timbulan sampah selain dapat menimbulkan polusi lingkungan, tidak jarang dapat mengancam nyawa manusia. Salah satu contoh, tragedi longsoran tempat pengelolaan sampah akhir (TPA) Leuwigajah yang menewaskan 143 korban pada 21 Februari 2005. Kejadian ini bahkan diabadikan sebagai hari peduli sampah nasional yang diperingati tiap tahun. Â
Persoalan timbulan sampah yang didominasi sampah di Indonesia hingga saat ini belum terkelola dengan maksimal. Sesuai data dari KLHK tahun 2023, masih terdapat 11,6 juta ton sampah yang tidak terkelola atau setara dengan 35 %. Padahal, kebijakan pengelolaan sampah yang berbasis 3R (Reduce, Reuse dan Recycle), bank sampah maupun perusahaan rintisan yang bergerak di bidang pengelolaan sampah telah banyak dikenal dan berperan di masyarakat. Hal ini membutuhkan solusi yang sistematis dan segera, mengingat laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin meningkat namun tidak diiringi dengan kapasitas pengelolaan sampah yang memadai.Â
Salah satu cara mengatasi persoalan timbulan sampah adalah dengan melakukan pengolahan sampah rumah tangga menjadi produk yang berdaya guna. Sampah rumah tangga yang mendominasi proporsi sampah di seluruh wilayah Indonesia, sebenarnya dapat diolah menjadi pupuk kompos yang sangat bermanfaat bagi tanaman dan tanah.Â
Namun demikian, masih minimnya pengetahuan masyarakat dan fasilitas pengolahan sampah rumah tangga menjadikan limbah sampah rumah tangga tidak termanfaatkan dengan baik. Hal ini tentunya perlu mendapatkan sentuhan inovasi dan teknologi agar permasalahan timbulan sampah rumah tangga dapat diselesaikan dengan optimal dan dapat mengurangi beban dari TPA di kota-kota besar yang akhir-akhir ini dilaporkan penuh/over capacity.
 Penggunaan lalat/maggot Hermetia illucens (black soldier fly) dalam mengolah sampah rumah tangga menjadi pupuk kompos adalah salah satu teknologi hayati yang dapat digunakan dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Lalat ini berbeda dengan larva belatung yang biasanya ditemukan pada sampah yang basi/berbau busuk. Lalat H. Illucens dilaporkan dapat mengurangi sampah organik hingga 80 % (Ranncak et al., 2017).Â
Selain itu, larva dan pupa H. lllucens mengandung kadar protein yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pakan unggas maupun pakan ikan. Disamping itu, larva H. illucens memiliki mikrobiota usus yang sangat beragam sehingga dapat merombak/mencerna protein dalam jumlah yang besar.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H