budaya nya di Buleleng adalah Pura Subak Wingin. Pura Subak Wingin terletak di Banjar Dinas Bukit Sari, Desa Tegallinggah , Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali. Pura Subak ini diusung oleh 2 Umat, yakni Umat Hindu dan Umat Muslim.Â
Buleleng-  Salah satu tempat yang kental akan aklturasi agama dan"Subak yang menggunakan sistem perpipaan atau sistem giliran antar pengguna airnya ini memiliki luas 90,6 Ha. Dengan diusung oleh 166 KK yang ada  di Desa ", ujar Kadek Suwita Ketua Subak wingin, Senin (3/10/22).
Untuk mencapai lokasi Pura Subak Wingin ini  bisa menggunakan sepeda motor hingga sampai di depan pagar pura. Disana anda bisa memakirkan sepeda motor di samping Bale Banjar lantaran lokasi di sekitar pura berada di pinggiran tanah yang sedikit miring dan hanya diisi oleh tanah dan beberapa jenis rumput liar. Sehingga tidak bisa memasukkan sepeda motor diarea dalam pura.Â
Jarak dari pusat kota Singaraja hingga sampai ke pura subak wingin kira-kira 15 menit perjalanan menggunakan sepeda motor. Anda akan melewati masjid di desa-desa, jalan setapak hingga semak-semak yang terisi pemukiman warga sebelum sampai ke lokasi. Sebelumnya ketika ke sini, anda juga perlu menyiapkan bensin sepeda motor yang terisi penuh, karena jalanan yang sedikit menanjak.Â
Sedikit cerita, ketika sampai di lokasi, aura akulturasi seketika menyelimuti tempat itu. Â Terdengar suara burung samar-samar disertai dengan suara gesekan dedauan dan angin sepoi-sepoi yang sangat menyejukkan. Terlihat di lokasi ada 4 pelinggih, dengan 3 pelinggih di dalam area pura dan 1 pelinggih di luar area pura. Â Serta terdapat beberapa Umat Hindu yang sedang melaksanakan persembahyangan, dengan di beberapa meter dari pura subak ini terdapat masjid yang kala itu umatnya tengah melaksanan Sholat Ashar.
Suwita menceritakan bahwa Pura Subak ini sudah ada sejak tahun 70-an, yang kala itu Umat Hindu dan Umat Muslim kekurangan air karena musim kemarau yang berkepanjangan, sehingga bersama-sama membangun subak dengan sumber air yang berasal dari alas (gunung).Â
"Dari dulu hingga sekarang, umat disini rukun-rukun. Astungkara tidak pernah ada keributan. Sistem subak ini juga jika saat mengadakan diskusi atau paruman, dihadiri  oleh krama Muslim dan Hindu yang tergabung dalam anggota subak, yang sekaligus untuk tetap menjalin tali sillaturahmi", jelasnya.
Beliau juga turut menceritakan bahwa umat Hindu dan Umat Islam yang ada di tempat ini  sangat menjunjung tinggi toleransi dan kerukunan antar umat beragama, sehingga Desa disini dikenal dengan desa yang tinggi sikap toleransinya.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H