Mohon tunggu...
Tiya Anggraeni
Tiya Anggraeni Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Omnivora

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Fenomena Krisis Air Global: Mengungkap Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya

20 Desember 2024   10:55 Diperbarui: 20 Desember 2024   10:55 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Air adalah sumber kehidupan(sumber: dokumentasi pribadi)

Krisis air adalah kondisi di mana terjadi keterbatasan pasokan air yang layak dan aman. Meskipun planet bumi memiliki perbandingan luas daratan dan lautan 7:3 (30% daratan dan 70% lautan), kenyataannya sekitar 97,4% air di Bumi berasal dari laut yang terlalu asin untuk dikonsumsi atau digunakan tanpa pengolahan lebih lanjut. Sebagian besar air tawar yang tersisa juga tidak dapat dimanfaatkan karena berada di lapisan es kutub atau gletser. Akibatnya, hanya sekitar 0,6% air tawar yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan manusia dan makhluk hidup di darat (Emran et al., 2024). Meskipun air tawar dapat diperbarui melalui siklus air, namun konsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan kekurangan pasokan. Kondisi ini memburuk seiring dengan pertumbuhan populasi dunia dan dampak perubahan iklim yang mengurangi akses terhadap air tawar yang bersih (Ingrao et al., 2023).

Menurut laporan PBB, lebih dari 2 miliar orang kekurangan akses air bersih dan lebih dari 4 miliar orang tidak memiliki fasilitas sanitasi yang layak, terutama di pedesaan Afrika dan Asia. Hal ini mengakibatkan masyarakat terpaksa menggunakan air tercemar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Air yang tercemar ini dapat memicu berbagai penyakit termasuk diare yang menyebabkan lebih dari 800 anak meninggal setiap hari. Kelangkaan air bersih juga memperburuk kemiskinan, memaksa anak-anak putus sekolah dan menyulitkan orang tua mencari nafkah.

Berdasarkan fakta tersebut, tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengeksplorasi faktor-faktor penyebab krisis air global, dampaknya terhadap kehidupan, serta upaya yang dapat diterapkan untuk mengatasinya. Pembahasan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi upaya global dalam menghadapi salah satu tantangan terbesar abad ke-21.

Penyebab Krisis Air

  • Perubahan iklim: Perubahan iklim global menyebabkan perubahan pola curah hujan, peningkatan frekuensi bencana alam seperti kekeringan, serta banjir yang mengganggu pasokan air bersih.
  • Polusi air: Pencemaran air akibat limbah industri, pertanian, dan limbah domestik dapat memperburuk kualitas air. Contohnya yaitu pencemaran air karena  limbah industri yang dibuang ke sungai atau laut tanpa pengolahan yang tepat; pencemaran air tanah akibat meresapnya bahan kimia (pestisida) yang digunakan petani sehingga mencemari sistem air minum; serta tumpahan minyak mencemari sumber air di seluruh dunia, termasuk laut dan persediaan air tawar yang vital bagi manusia dan hewan.
  • Pesatnya pertumbuhan populasi manusia: Jumlah populasi manusia yang semakin banyak akan meningkatkan kebutuhan air untuk konsumsi. Selain itu, kondisi ini menyebabkan efek domino terhadap ketersediaan air. Semakin banyak populasi manusia maka jumlah permukiman serta pertumbuhan industri dan urbanisasi makin meningkat. Hal ini dapat memicu kerusakan ekosistem alami seperti penggundulan hutan sehingga menyebabkan hilangnya cadangan air alami.
  • Kurangnya infrastruktur (fasilitas pengolahan, pipa, dan sistem saluran pembuangan): Negara-negara di Afrika Tengah dan Timur mengalami kelangkaan air. Masalahnya terletak pada buruknya pengelolaan, minimnya investasi teknologi untuk mengambil air, serta kurangnya dana dari pihak yang berwenang.
  • Penyebab krisis air lainnya yaitu penggunaan air secara berlebihan, distribusi air yang tidak merata, dan lain-lain (Emran et al., 2024).

Dampak Krisis Air

  • Minimnya akses terhadap air bersih dan sanitasi yang memadai dapat memicu berbagai penyakit dan masalah kesehatan. Contohnya seperti penyakit  kolera, disentri, dan infeksi saluran pernapasan.
  • Pencemaran dan eksploitasi air yang berlebihan dapat menyebabkan degradasi lingkungan. Ekosistem air seperti danau, sungai, dan kawasan pesisir menjadi rusak sehingga mengancam keanekaragaman hayati dan keberlanjutan ekosistem yang bergantung pada air.
  • Di bidang ekonomi, krisis air dapat mengganggu beberapa sektor, salah satunya yaitu pertanian. Sektor pertanian yang bergantung pada pasokan air untuk irigasi dapat terganggu karena adanya krisis air. Kondisi ini dapat mengurangi produksi pangan dan meningkatkan harga pangan. Global Commission on the Economics of Water dalam laporan terbarunya (17 Oktober 2024) mengungkapkan bahwa lebih dari separuh produksi pangan dunia terancam mengalami gagal panen dalam 25 tahun ke depan akibat kelangkaan air yang semakin mengkhawatirkan.
  • Beberapa negara atau daerah dapat mengalami konflik terkait akses dan pengelolaan sumber daya air yang terbatas. Dilansir dari CNBC Indonesia (19 Juni 2023), Iran dan Afghanistan mengalami perselisihan mengenai air yang menyusut dari hari ke hari di negara masing-masing. Pusat konflik adalah air yang mengalir dari sungai Helmand Afghanistan ke Iran.

Cara Mengatasi Krisis Air

  • Menghemat penggunaan air, contohnya mematikan keran air ketika tidak digunakan, mandi lebih singkat, atau menggunakan toilet beraliran rendah yang lebih hemat air. Hal sederhana ini dapat mengurangi limbah air dalam rumah tangga sehari-hari.
  • Memanfaatkan air hujan dengan membuat penampungan air hujan. Air ini bisa digunakan untuk menyiram tanaman atau kebutuhan lain, sehingga mengurangi penggunaan air dari sumber utama seperti sumur atau pipa.
  • Menanam pohon tidak hanya membantu menjaga kualitas udara, tetapi juga menyimpan air di dalam tanah. Akar pohon mampu menyerap dan menahan air, sehingga memperbaiki cadangan air tanah dan mengurangi risiko kekeringan.
  • Memanfaatkan teknologi desalinasi air laut. Desalinasi air laut adalah suatu rangkaian proses untuk memurnikan air laut menjadi air tawar yang dapat dikonsumsi. Desalinasi efektif untuk mengurangi dampak kekeringan karena dapat menghasilkan air bersih yang layak untuk dikonsumsi. Saat kegiatan desalinasi hanya diambil air hasil distilasinya, sedangkan endapan berupa garamnya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lain (Agustina et al., 2020).
  • Air limbah dapat diolah dengan menggunakan teknologi agar bisa digunakan kembali. Contohnya adalah Singapura, negara ini mengolah air limbah rumah tangga menjadi air bersih. Air limbah bekas mandi dan mencuci yang biasa dibuang ke got dijadikan pasokan air bersih layak minum. Singapura membangun dua fasilitas canggih unit pengolahan air limbah yakni NeWater dan waduk sekaligus penampungan air bersih bernama Marina Barrage.
  • Kerja sama antarnegara dapat membantu mengatasi masalah krisis air global. Dengan berbagi pengetahuan dan sumber daya, negara-negara dapat menemukan solusi yang lebih efektif (Sari et al., 2024).

Daftar Rujukan

Agustina, D. N. U. (2021). Analisis Potensi Pengembangan Teknologi Desalinasi Air Laut Sebagai Penyedia Air Bersih di Desa Watukarung Kabupaten Pacitan. Phi: Jurnal Pendidikan Fisika dan Terapan, 6(2), 7-14.

Emran, M. G. I., Barma, R., Khan, A. H., & Roy, M. (2024). Reasons behind the Water Crisis and Its Potential Health Outcomes. European Journal of Development Studies, 4(6), 16--24. https://doi.org/10.24018/ejdevelop.2024.4.6.389

Ingrao, C., Strippoli, R., Lagioia, G., & Huisingh, D. (2023). Water scarcity in agriculture: An overview of causes, impacts and approaches for reducing the risks. Heliyon, 9 (8), e18507.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun