Mohon tunggu...
DEVI NURANGGRAINI
DEVI NURANGGRAINI Mohon Tunggu... Guru - seorang guru honorer

Menulis adalah bagian dari kehidupanku, jurnalistik dulu pekerjaan yang saya impikan, namun ternyata Takdir memintaku untuk menjadi seorang guru

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Bukan tentang ASN!

18 September 2023   08:52 Diperbarui: 18 September 2023   09:31 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pendaftaran PPPK di buka tanggal 16 September 2023, di hari yang sama ada pengumuman susulan bahwa pendaftaran diundur 19 September 2023. Hal seperti ini tidak hanya terjadi satu kali ini saja, tapi berkali-kali sejak perekrutan tahun 2022 kemarin pun sama seperti ini bahkan lebih fatal. Sedikit cerita tentang diriku ini beberapa kali mengikuti tes CPNS, mulai dari tes CPNS 2019 sudah Passing Grade tapi kalah saing dengan yang memiliki Serdik atau sertifikat pendidik. Mencoba keberuntungan lagi di tahun 2021 tetapi kejadian di 2019 terulang kembali. tak apa, aku tidak menyerah!

Di tahun 2022 pemerintah membuka PPPK untuk guru dan CPNS untuk umum, saya mencoba berharap pada PPPK guru saat itu. Ada satu formasi antropologi, sedangkan saya kuliah di sejarah. Satu formasi diperebutkan oleh beberapa mata pelajaran ilmu sosial. tak apa, saya akan terus mencoba. Tes berlangsung dan berhasil kulalui. Sedikit lega, nilai saya juga sudah Passing Grade tapi belum mendapatkan formasi. Pemerintah menjanjikan bahwa yang belum mendapatkan formasi, akan diberikan formasi pada tahap berikutnya. Disini status saya menjadi P1 atau prioritas satu. okeee,,,, saya seperti dibawa ke langit, berharap janji itu memang benar.

Singkat cerita, ada tahapan penilaian oleh guru senior dan kepala sekolah untuk penentuan nilai dari calon guru PPPK. Saya berharap banyak, bahwa saya akan di berikan nilai terbaik mengingat saya sudah tes dan nilai sudah passing grade. Ketika pengumuman saya sedikit kaget, bukan karena tidak lulusnya lagi menjadi ASN, tetapi karena nilai yang muncul jauh dari nilai teman-teman satu sekolah yang tidak mengikuti tes dari awal. dan mereka lah yang lolos... 

Dari sini saya sadar bahwa jangan pernah menaruh harapan pada manusia, sebaik apa pun kamu jika manusi itu tidak menginginkan mu untuk maju ya dia akan membiarkan mu terjerembab tanpa memikirkan apa yang sudah kamu lakukan. Ingat, subjektivitas manusia itu tinggi jadi jangan berekspektasi lebih kepada mereka. 

Sebab itulah, di seleksi tahun ini saya tidak terlalu menggebu. Biarkan tangan Tuhan yang bermain, saya tetap berdoa dan berusaha tetapi semuanya sudah kupasrahkan kepada Tuhanku. Dan saya tidak lagi mau berharap dengan manusia, apalagi dengan janji-janji yang mereka ucapkan namun mereka ingkari sendiri. Tidak apa, hidup terus berjalan. Tidak harus menjadi seperti mereka, rejeki bukan melulu hanya tentang ASN.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun