Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - content writer | host podcast

hi, i'm anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here 💌🎀

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Broken Home Bukan Tiket Gratis Untuk Anda Melakukan Seks Bebas!

25 Januari 2025   23:53 Diperbarui: 25 Januari 2025   23:56 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Salah satu fakta yang menampar untuk banyak orang, yang bersikap dan berpikir normal  ketika menemukan sebuah kesalahan berpikir, yang dianggap sebuah pembenaran, menjadikan kita yang berpikir normal itu, justru merasa risih, khawatir, muak, dan risau dengan pembenaran-pembenaran orang-orang yang menganggap, ketika mereka berasal dari keluarga yang broken home, dan tidak mendapatkan peran dari seorang ayah (fatheless), yang bisa dikatakan bahwa keluarganya adalah keluarga yang disfungsional, tidak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua, menjadikan seorang anak berpikir bahwa, karena broken home-lah, mereka akhirnya punya kecenderungan dan keinginan mendapatkan belaian kasih sayang dari pasangannya dengan having sex.

Seolah-olah having sex ini, dianggap sebuah pelarian yang benar, ketika seorang manusia berpikir bahwa pasangannya yang belum sah secara hukum dan agama tersebut, seolah-olah bisa memberikan segala hal yang hilang dari keluarganya, sehingga having sex menjadi rutinitas sehari-hari, yang bisa dikatakan bahwa, itu adalah sebuah pembenaran untuk menyalahkan orang tuanya karena ia berasal dari keluarga broken home. Benar, sangat banyak orang-orang yang dangkal cara berpikir dan bodoh tidak ada batas, yang menyalahkan orang tuanya dan membela diri untuk menutupi dan memvalidasi dirinya yang haus kasih sayang dalam bentuk having sex kepada pasangannya, yang padahal bahwa dirinya-lah yang gatal dan tidak punya malu, apalagi harga diri, namun membawa orang tua dan keluarganya yang broken home sebagai kedok birahi bejatnya.

Apakah, orang-orang seperti ini, ketika pun mereka berada di keluarga yang cemara bisa menjamin bahwa dirinya tidak gatal terhadap seks tersebut? Kenapa, seolah-olah keluarga broken home-nya itu sebagai validasi untuk membenarkan bahwa having sexnya itu, tidak membawa ia pada sebuah kehancuran? Bukankah, cara berpikir yang benar adalah ketika dia tahu keadaan keluarganya broken home, justru ke depannya ia tidak akan pernah berpikir untuk memasuki kehidupan dan meneruskan masa depan yang kelam dan gelap dengan membawa kehancuran terhadap dirinya sendiri, justru saat ini dengan senang hati dan bangga ia berhaving sex kepada pasangannya, yang mungkin ketika pasanganmu sudah bosan, kamu tetap akan ditinggalkan seperti sampah yang tidak berguna.

Percaya atau tidak, sebenarnya bukan persoalan kita berasal dari keluarga broken home ataupun cemara, hal ini bisa terjadi, karena di sekeliling saya, ada juga yang dia berasal dari keluarga cemara namun ia tetap berhaving sex dengan pasangannya. Jadi, apakah kamu bisa menjamin bahwa ketika keluargamu cemara, kamu tidak having sex? Jadi, berhenti memvalidasi kebodohan menuju kehancuranmu sendiri. Berhenti, membentuk dan membenarkan pikiran bodohmu itu dengan menyalahkan ayah dan ibumu untuk membenarkan, bahwa kamu haus kasih sayang, sehingga dengan sesuka hati berhaving sex tanpa berpikir panjang, seolah-olah nafsu bejatmu itu lahir karena kesalahan orang tuamu.

Seringkali, narasi-narasi pembenaran seperti ini bahkan didukung oleh orang-orang yang sejenis kebodohannya karena mereka menganggap, bahwa having sex itu sesuatu hal yang sudah normal dan lumrah dilakukan ketika mereka punya pacar, ataupun sekedar teman dekat dengan intensitas mau sama mau, akhirnya terjadilah having sex itu berulang kali. Sungguh memalukan, tapi mereka-mereka yang berpikir seperti ini memang akan selalu sejenis pemikiran dan kebodohannya sehingga mau tidak mau bukan lagi nasihat-nasihat untuk menuju kebaikan yang bisa menyadarkan mereka, justru yang akan menyadarkan mereka adalah ketika tiba penyesalan dan kehancuran itu sudah mereka hadapi dan alami sendiri, terpampang jelas di depan mata.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun