Topik kali ini adalah hal yang menarik untuk saya bahas karena kadang fokus kita, ketika melihat ada orang-orang yang hebat dan sukses sekali dalam hidupnya itu ya, yang hanya di notice adalah hasil sukses orang tersebut tapi kita jarang sekali melihat bahkan mendengarkan cerita mereka bahwa dibalik itu semua pasti ada pondasi mental yang cukup kuat dan keren karena bisa berdiri sejauh itu untuk hasil yang memuaskan. Terlepas dari seberapa privilege nya orang tersebut untuk mencapai sebuah kesuksesan, yang mau saya sampaikan adalah justru bagaimana kita seharusnya belajar tentang pondasi mental apa yang orang-orang hebat ini tanamkan dalam dirinya untuk bisa mencapai itu semua.
Menurut saya, bukan saatnya untuk kita merasa iri bahkan benci dengan keadaan dalam hidup kita yang jauh berbeda dengan orang-orang yang menurut kita punya privilege lebih baik hidupnya daripada kita. Justru yang mau saya tekankan di sini adalah bahwa walaupun keadaan hidup kita mungkin jauh dari kata privilege justru yang mau saya sampaikan adalah bagaimana kita sama-sama belajar untuk memiliki pondasi mental yang tahan banting dan seperti baja karena bahkan untuk di titik terendah sekalipun mungkin kita sudah terbiasa untuk diremehkan, disepelekan, diolok-olok, dikucilkan dan apapun yang terdengar sangat menjengkelkan dan menyakitkan hati adalah bagian dari kita belajar menguatkan mental untuk saat berada di titik itu.Â
Tapi percayalah bahwa walaupun itu sangat membuat harga diri kita terinjak-injak dan balasan kita tetap hanya diam dan tersenyum dengan semua hal yang mengerdilkan diri kita sebagai seorang manusia akan tetapi karena pondasi mental itu tidak terlihat maka ketika suatu hari nanti pelan-pelan semuanya sudah berubah justru yang mengilaukan mata kita adalah bukan hasil dari apa yang menjadi kesuksesan kita hari itu. Barangkali, nantinya itu akan menyilaukan mata banyak orang tapi yang mau saya sampaikan dan tekankan adalah selama langkah langkah kecil yang kita lakukan untuk mencapai semuanya itu menghasilkan nantinya, justru yang perlu selalu harus kita pelajari adalah bagaimana kuatnya mental untuk tetap ada dalam diri kita sebagai pondasi utama dalam perjalanan hidup sampai kapanpun.
Ibaratnya seperti rumah yang belum jadi, tentu yang pertama kali dipikirkan bagaimana strategi pondasi untuk menghasilkan rumah yang mewah. Tentu, jika orang lain ya, hanya ingin melihat hasil dari seberapa mewah rumah yang dihasilkan tapi satu-satunya orang yang akan melihat bagaimana jatuh bangun hingga terbentuk, terbentur bahkan tercipta sebuah rumah yang mewah, yang melihat pondasi dari nol hingga sampai terbangun rumah yang mewah ya, diri kita sendiri. Istilahnya rumah yang belum jadi itu tidak akan ada orang lain yang kasarnya, sudilah untuk melihat rumah hanya dengan berbagai besi-besi, kayu-kayu dan perintilan-perintilan bangunan yang belum jadi. Sama seperti kehidupan dan mohon maaf untuk kasarnya ibarat terbentuknya pondasi yang kita lihat sebagai diri kita ini adalah seperti rumah yang belum jadi dan mungkin banyak yang tidak sudi untuk melihat kelayakan dan kepantasan bangunan yang belum siap seperti tidak layak huni.
Tapi, jangan ditanya ketika bangunan itu menjadi rumah yang sangat mewah dan menyilaukan mata siapapun yang melihat, tanpa diundang pun orang-orang akan mendekat, mencari tahu siapa si pemilik rumah tersebut. Mungkin, ini terdengar sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari bahwa begitulah adanya, ketika kita memikirkan cara terbentuknya rumah mewah dengan segala jungkir balik terbenturnya, terbentuknya dan sampai kita mulai untuk punya pondasi bahwa seberapa kuat besi-besi, kayu-kayu dan perintilan-perintilan yang kita bingkai menjadi sebuah bentuk bangunan rumah yang kita andai-andaikan sangat mewah dan nyaman untuk kita huni adalah menunjukkan bahwa faktanya kelayakan dan kepantasan kita akan hanya dilihat ketika kita seperti rumah mewah bukan sebagai pondasi dari rumah yang mewah.
Karena, tidak akan ada yang peduli seberapa kuat mental kita jungkir balik di belakang sebagai penopang dari pondasi yang kita tegakkan untuk siap melindungi orang-orang di dalam rumah tersebut. Siap menjadi rumah yang meneduhkan bagi penghuninya sehingga orang-orang yang melihat dari luar merasa ingin juga ikut menjadi bagian dari orang-orang di dalam rumah yang mewah itu. Sebenarnya tidak kejam tapi memang begitu adanya, yang perlu kita latih dari diri kita adalah kalaupun nanti kita hanya akan dilihat sebagai seseorang yang dianalogikan sebagai rumah yang mewah dan tidak ada dukungan dari siapapun sebagai pondasi sebuah rumah yang mewah, percayalah bahwa itu yang harus kita lalui sendirian tanpa siapapun di belakang kita.
Karena, sebuah pondasi itu memang tidak akan terlihat untuk hanya dilihat sebagai sebuah rumah yang mewah makanya pondasi dalam diri kita sebagai bentuk dari berbagai hal perjalanan hidup kita adalah pelatihan untuk menjadi seorang petarung dan pejuang yang entah bagaimana caranya harus menjadi rumah mewah. Kalau pun sekarang kamu belum menjadi rumah mewah yang kamu impikan ya, tidak apa-apa. Yang penting harus kamu pupuk terus dalam diri kamu adalah bagaimana pondasi untuk menjadi rumah mewah itu harus dari bahan-bahan dan perintilan yang tahan dan kuat.
Tidak ada yang membuatkan peta, bagaimana membentuk rumah yang mewah. Tidak ada yang memberitahu jalannya seperti apa dan di perjalanan akan ada apa saja, makanya kalau sedikit terlambat atau terbilang sangat butuh waktu yang lama untuk menjadi sebuah rumah mewah ya, tidak apa-apa karena rumah mewah yang kamu impikan ya, supaya kamu bahagia untuk menghuni rumah mewah yang kamu impikan. Orang lain di luar diri kamu adalah orang yang kamu ajak jadi tidak ada orang lain yang berhak untuk mengatur sampai "seberapa mewah" rumah yang akan kamu buat. Jadi, kalaupun nanti usia kamu semakin bertambah dan kamu ingin semakin menambah kemewahan rumah yang kamu buat, itu tentu hak kamu untuk menambah seberapa mewah rumah yang kamu akan perbarui.Â
Jadi, bila nanti kamu sudah menjadi rumah yang mewah, yang harus kamu ingat adalah pondasi yang terbentuk dari rumah yang mewah adalah di saat diri kamu sadar bahwa nilai dan prinsip serta segala tindakan yang kamu lakukan adalah bagian dari seberapa tahan dan kuatnya rumah itu akan berdiri. Jadi, bila kamu merasa bahwa kamu ingin menjadi rumah yang biasa-biasa saja itu juga hak kamu dan tentu ketika kamu ingin menjadi rumah yang sangat mewah itu juga tentu hak kamu. Tinggal bagaimana kamu selalu tetap teguh menjadi tahan banting dan tahan baja untuk menjalani hari-hari kamu sebagai sebuah rumah yang mewah ataupun sebagai rumah yang biasa-biasa saja sehingga yang perlu dipastikan adalah pondasi yang dimiliki adalah dari terbentuknya hal-hal yang tahan banting dan tahan baja agar sampai kapanpun rumah yang kamu impikan selalu menjadi tempat pulang ternyaman untuk melindungi diri kamu dan orang-orang yang kamu sayangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H