Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at riau islamic university | content writer | host podcast

hi, i'm anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here 💌🎀

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Garda Terdepan

3 November 2024   20:23 Diperbarui: 3 November 2024   22:06 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Kepercayaan sudah dikotori,

Banyak orang memilih cuci tangan,

Lari, menyelamatkan dirinya, 

Untung daripada buntung,

***

Adu mulut supaya menang, 

Laga sengit menawarkan perdamaian,

Kekacauan sudah di ujung tanduk,

Diperintahkan tutup mulut lalu tutup mata,

***

Kebebasan milik si pecundang,

Tidak takut, sudah genting pun, masih membutakan matanya,

Kalang kabut, tertipu skenario pandangan kosong,

Lengah, ternyata tabur tuai nyata menghantui,

***

Mengerogoti isi kepala,

Gelap semua, cahaya terang dihalau masuk,

Terlempar ke jurang penuh penyiksaan,

Tidak ada yang menolong, setelahnya ditinggal sendirian,

***

Tak selamanya, hal remeh remeh memang remeh,

Tertawa terbahak-bahak melakukan sesuka hati,

Sisanya, meresapi kekecewaan ulah sendiri,

Dirimu, salahkan dirimu,

***

Habis masanya, untuk apa kau berlutut memohon ampun?

Dia sudah tak kau kenali, tidak lagi akan percaya padamu,

Selepas ini, dia lebih berbahaya,

Jauh, sangat jauh seperti orang lain di diri yang tak sama,

***

Puisi ini menyampaikan bahwa banyak orang yang sudah diberi kepercayaan tapi tidak menjaga kepercayaan itu agar tetap terjalin dengan baik. Di zaman sekarang, orang-orang yang dapat dipercaya dan dapat memegang kepercayaan dari orang lain kepada dirinya, itulah orang-orang yang bernilai dan berharga, karena saat ini kadang-kadang kita merasakan bahwa sulit sekali percaya dengan orang lain, karena mungkin setelah dewasa kita baru melihat dengan mata kita, dengan pikiran yang lebih terbuka dan dengan hati yang tidak menyangka bahwa ternyata ada orang yang membuat diri kita untuk justru lebih hati-hati yang sangat berlebihan karena orang-orang saat ini, tidak semua tapi kebanyakan mereka sulit sekali untuk dipercaya.

Mereka sanggup untuk memanfaatkan kebaikan dan ketulusan orang lain karena mereka merasa bahwa orang-orang yang baik dan tulus itu mudah sekali untuk dimanipulasi, ketika melakukan kesalahan mereka melakukan permohonan maaf kemudian mengulangi kesalahan yang sama dan begitu terus tapi akhirnya kepercayaan itu seperti tidak ada harganya sehingga mereka yang seperti ini sangat miris dan menyedihkan karena orang yang problematik itu justru orang-orang yang perlu dikasihani tapi untuk sebuah kepercayaan, ada batas-batas toleransi yang tidak bisa diampuni dengan kata maaf.

Jahatnya orang tulus dan terlampau baik adalah mereka yang tidak akan pernah mau melihat orang yang telah mengkhianati kepercayaaannya untuk lagi hadir dalam hidupnya karena munafik sekali untuk kita mengatakan bahwa seseorang yang tulus dan terlampau baik itu seringkali dipandang seseorang yang justru jahat dan pendendam karena tidak memberikan pengampunan dan cukup aneh, tapi itulah kenyataannya di kehidupan kita sehari-hari, tak dipungkiri bahwa orang-orang lebih fokus pada keadaan seseorang yang menghianati kepercayaan orang lain daripada melihat keadaan orang yang menjadi korban dari terkhianatinya kepercayaan yang sudah diberi.

Kesempatan berkali-kali juga tidak menjadi kan seseorang yang tidak bisa dipercaya juga akan berubah. Tidak perlu kita menghabiskan energi, waktu dan fokus kita pada orang-orang yang tidak bisa dipercaya. Percayalah, mereka sulit sekali berubah. Lebih baik kita fokus menghabiskan energi kita dengan mencoba untuk menghargai dan menghormati diri sendiri dengan pelan-pelan mencoba untuk lebih terbuka kepada orang lain dan barangkali dengan begitu kita bisa untuk lebih luas menilai bahwa tidak semuanya adalah orang-orang yang tidak bisa dipercaya sehingga kita tidak boleh merasa bahwa kita layak diperlakukan seperti itu.

Semua dari kita akan bisa menemukan lingkaran yang lebih baik lagi dan semoga dengan kita lebih terbuka dan open minded dalam menjalin hubungan terhadap manusia, menjadikan kita sadar bahwa jangan lagi berharap dan berekspektasi terlalu tinggi terhadap manusia karena pada akhirnya kitalah yang terluka atas kepercayaan yang kita beri tapi tidak digunakan dengan sebaik-baiknya. Tidak perlu lagi menyalahkan diri sendiri karena cukup untuk menyadari bahwa pada akhirnya memang manusia lain akan mengecewakan. Semoga kita semua tidak menyesali kebaikan dan kepercayaan yang kita beri kepada orang lain, hanya cukup dan sudahi dengan ikhlas, tidak menyimpan itu terlalu lama karena kita berhak untuk menjalani hidup dengan hari-hari yang lebih baik lagi, dengan pelajaran-pelajaran yang telah terjadi di hidup kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun