Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at riau islamic university | content writer | host podcast

hi, i'm anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here 💌🎀

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lingkaran Setan Kemiskinan: Mengapa Setiap Tahun Beban Hidup Orang Miskin Terus Bertambah?

1 Oktober 2024   14:36 Diperbarui: 1 Oktober 2024   14:58 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tentu pada pembahasan kali ini lingkaran setan dari orang dengan keadaan hidup yang miskin adalah keluar dari kemiskinan itu sendiri. Tentu di sekitar kita jelas tampak kenapa pada akhirnya mereka tidak bisa keluar dari kemiskinan tersebut yakni adalah karena ada pola-pola berulang yang pada akhirnya menjadi lingkaran setan yang justru bukan menjadi sebuah jalan keluar untuk bisa menemukan peningkatan atau progres yang sedikit demi sedikit menjadikan hidup mereka lebih baik bukan stagnan di sana karena terus mengulangi kesalahan-kesalahan yang tidak membuat hidup itu jadi lebih baik akan tetapi terkurung dalam irama dan konsistensi kehidupan dengan jalan yang buntu.

Ada beberapa anggapan yang menjadi hal yang saya soroti untuk digarisbawahi, bahwa salah satu pola pemikiran yang terjadi di masyarakat kita adalah beranggapan bahwa "banyak anak itu adalah akan membawa banyak rezeki" atau bahwa menganggap pernikahan itu bisa menjadi alat untuk membuat seseorang itu keluar dari kehidupan yang penuh dengan kemiskinan yang padahal anggapan itulah yang membuat pola pengulangan kesalahan yang sulit diputus. Memang pada akhirnya kesalahan terbesarnya adalah terletak pada tidak adanya edukasi dan akses terkait dengan informasi yang tepat sehingga mereka yang hidupnya miskin itu tidak punya kemampuan untuk bisa merencanakan masa depan secara lebih realistis.

Sehingga pada akhirnya, pola pengulangan yang salah, dari orang tua kepada anak-anaknya akan diwariskan terus menerus dari generasi ke generasi tanpa adanya kesadaran untuk melakukan gebrakan baru yang memungkinkan bahwa mereka bisa lebih kritis untuk menyikapi kehidupan mereka yang tidak ada perubahan dan terpuruk dalam kemiskinan itu sendiri. Tentu agar mereka dapat melihat bahwa ada peluang dan perbaikan yang lebih besar yang akan memungkinkan mereka untuk bisa keluar dari kemiskinan itu, daripada terus berada pada lingkaran setan dan pengulangan pola kesalahan yang tidak akan membuat hidup mereka kemana-mana yang tentu akan bertambah susah dan terus dalam keadaan miskin.

Itulah kenapa pola pikir yang menganggap kemiskinan sebagai takdir yang mau seberusaha apapun mereka melakukan sesuatu untuk perbaikan hidup mereka, pada akhirnya tetap satu-satunya pemikiran mereka adalah bahwa kemiskinan mereka itu tidak bisa diubah dengan cara apapun, yang tentu lagi-lagi tetap mengandalkan prinsip yang sangat-sangat keliru dengan mengatakan "banyak anak akan membawa banyak rezeki" atau menjadikan sebuah pernikahan sebagai solusi keluar dari kemiskinan sehingga itulah yang menjadi penghalang yang besar dari upaya melakukan perbaikan ekonomi. 

Bila dikatakan demikian bahwa kemiskinan yang mereka jalani saat ini adalah sebuah takdir yang dijadikan prinsip, itu adalah pola pengulangan yang salah sehingga mata rantai untuk terputusnya kemiskinan di kehidupan mereka juga sulit untuk dilakukan. Tentu satu-satunya cara untuk keluar dari kemiskinan itu adalah dengan cara mengubah pola pikir dengan melakukan tindakan yang nyata dengan cara mencari peluang dan kesempatan serta bekerja lebih keras dan lebih giat serta senantiasa melakukan gebrakan baru untuk mengubah pemikiran agar pengetahuan dan wawasan lebih bisa didapatkan secara terbuka sehingga itulah kesempatan yang akan membawa perubahan dalam hidup secara signifikan. 

Jadi, yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa kemiskinan itu bukanlah takdir yang tidak bisa diubah karena di sekitar saya pun ada banyak yang mereka keluarganya memang miskin tapi pada akhirnya mereka bisa keluar dari kemiskinan itu secara perlahan-lahan karena salah satu dari mereka bisa memutus mata rantai itu dengan cara melakukan gebrakan baru yakni dengan berusaha mencari peluang dan kesempatan bekerja sehingga itulah yang perlu menjadi kesadaran untuk kita supaya memiliki kendali penuh atas keputusan yang kita buat bahwa akan selalu ada peluang dan kesempatan, bila kita mencari dengan sungguh-sungguh. Jadi, pola pikir itulah yang bisa memutus mata rantai kemiskinan dengan menjadikan kita seseorang yang memiliki mentalitas seorang yang semangat untuk perubahan

Itulah kenapa orang yang kehidupan sehari-harinya berada dalam lingkungan keluarga yang miskin harus ada satu orang yang sangat berani untuk melakukan gebrakan baru walaupun dia memiliki pola pikir berbeda sendiri sehingga ia bisa membuka diri terhadap peluang dan kesempatan dengan mencari jalan keluar agar hidupnya tidak terus-menerus miskin walaupun ini jauh lebih sulit karena akan banyak tantangan dibandingkan orang-orang yang tidak berada di kondisi kemiskinan yang sangat parah. Walaupun proses untuk keluar dari kemiskinan itu tidaklah instan dan banyak tantangan maka walaupun demikian satu orang itu harus semangat menghadapi proses itu dengan usaha yang keras dan ketekunan agar pelan-pelan bisa menemukan pekerjaan yang semakin hari semakin lebih baik yang akan sangat berguna dalam memperbaiki level hidup dirinya bahkan bisa sampai dapat membuka peluang sebagai pintu bagi rezeki orang lain. 

Tentu pola pikir yang seperti ini akan menjadi kunci dalam mengubah nasib yang lebih baik karena ketika satu orang itu yang berani dan pada akhirnya ia berhasil keluar dari kemiskinan maka orang-orang yang ada di lingkungan keluarganya yang dulunya miskin itu dapat melihat sehingga bisa mengetuk pintu hati mereka dan bisa terinspirasi untuk juga ikut berubah sehingga lama-kelamaan akan banyak dari anggota keluarga tersebut yang bisa memperbaiki hidup mereka sendiri dan dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi orang lain sebagai pemutus dari kemiskinan di lingkungannya.

Oleh karena itu, pada akhirnya edukasi terhadap hal ini menjadi sebuah kesadaran untuk banyak orang bahwa walaupun kita akan berbeda dengan orang lain terkait pola pikir namun jangan berhenti karena kita berbeda melainkan kitalah satu-satunya orang yang akan menjadi agen perubahan dan dapat mencontohkan bahwa kemiskinan itu bukan hal yang dapat terus diwariskan melainkan adalah kondisi hidup sebagai tantangan yang bisa diatasi untuk bisa diputus dan bisa keluar dari kemiskinan sehingga dapat menemukan kehidupan yang jauh lebih layak dan pantas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun