Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at riau islamic university | content writer | host podcast

hi, i'm anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here 💌🎀

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dilema Perempuan dalam Mengejar Cita-Cita Setelah Menikah: Antara Karier dan Keluarga

5 September 2024   09:49 Diperbarui: 5 September 2024   10:38 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Barangkali, apakah karena pernikahan akan menjadi sesuatu yang harus dipertimbangkan matang-matang karena setelah menikah, perempuan menjadi harus menentukan pilihan hidupnya antara fokus terhadap karier yang telah dibangun atau fokus kepada keluarga kecilnya? Lalu, sebenarnya tak jarang banyak sekali yang juga seharusnya mendukung apapun pilihan perempuan ketika memilih salah satu dari hal ini akan tetapi justru memilih salah satu dari hal ini tetap menjadi sebuah pilihan yang serba salah yang akhirnya berujung pada pilihan yang dianggap sebuah kebodohan oleh kebanyakan orang termasuk kalangan perempuan juga.

Menurut saya sendiri, ini adalah pilihan yang sulit karena ada banyak pandangan-pandangan yang saat ini akhirnya membuat saya sadar bahwa terkait diri saya sendiri maka saya akan tetap terus bertanggung jawab untuk bisa berperan sesuai apa yang sedang saya jalani. Sebenarnya ini tidak akan menjadi pilihan yang sulit, jika dari perempuan dan pasangannya memiliki kesepakatan bahwa ia sebagai perempuan tidak masalah untuk memilih antara tetap melanjutkan karier atau fokus kepada keluarga kecilnya. 

Itu artinya pembahasan yang seperti ini harus sudah dibahas sebelum kamu sebagai perempuan dan pasanganmu memasuki kehidupan pernikahan karena perempuan akan sangat butuh support dari pasangannya yang memang memiliki visi dan misi yang saling mengerti dan melengkapi sehingga antara memilih menjadi ibu rumah tangga atau juga tetap melanjutkan karier itu tidak ada urusannya dari orang luar tapi urusannya dari dalam yang harus dibahas bersama-sama dengan pasangan sendiri. 

Jadi, ketika ada orang lain yang mengatakan bahwa ketika memilih menjadi ibu rumah tangga dianggap sebagai beban suami dan menyayangkan ijazah sarjana yang diraih ujung-ujungnya tidak digunakan untuk bekerja maka itu bisa dipatahkan dengan cara mengatakan bahwa pasanganmu mendukung apa yang menjadi peranmu saat ini dan jikalaupun kamu memilih untuk tetap melanjutkan karier dan tetap ada anggapan bahwa perempuan yang memilih menjadi wanita karier akan seolah-olah dilabeli seperti penjahat karena tidak mengurus anak dan suami, tentu saja caranya adalah dengan mengatakan bahwa pasanganmu juga mendukung apa yang menjadi pilihanmu saat ini untuk tetap berkarier walaupun sudah berumah tangga.

Tentu saja saya cukup kesal dan kecewa dengan adanya perkataan-perkataan yang tidak mengenakkan terkait perempuan yang ketika akan memasuki kehidupan pernikahan, seolah-olah sulit untuk memilih apa yang menjadi keinginannya karena seperti ditampar realita bahwa apakah mungkin peran untuk menjadi wanita karier tetap bisa dijalankan bersamaan dengan menjadi seorang ibu rumah tangga sekaligus. Nah, apakah sebuah kejahatan apabila hanya memilih salah satu dari pilihan tersebut? 

Sebenarnya, ini tidak akan memusingkan kepala apabila memang pasangan kita akan mendukung apapun yang menjadi pilihan kita walaupun sudah memasuki kehidupan rumah tangga, pasangan kita tidak akan membatasi apa yang mau kita lanjutkan sebagai seorang perempuan, entah itu pilihan berkarier atau pilihan fokus saja menjadi ibu rumah tangga. Sebenarnya poin itu harus didiskusikan, dibahas dan akhirnya disepakati, apakah kamu dan pasanganmu sedari awal memiliki visi dan misi yang saling melengkapi sehingga ketika sudah memasuki kehidupan rumah tangga tidak ada perdebatan soal pilihan perempuan yang dibatasi untuk tetap menjadi wanita karier atau memilih ibu rumah tangga saja.

Barangkali itu yang harus dipertimbangkan, termasuk pasangan yang tepat itu juga, jadi hal yang sangat menentukan ketika memasuki kehidupan rumah tangga, perempuan akan menjadi seperti apa karena pada akhirnya ini akan menjadi pilihan berat apabila tidak ada kesepakatan dari awal ketika memasuki kehidupan pernikahan, jikalau tidak memiliki visi dan misi yang saling melengkapi dan mengerti maka itu jadi sebuah permasalahan yang akan terus diperdebatkan.

Oleh karena itu, tentu ketika di tengah jalan pernikahan pun pilihan dari awal barangkali tidak bisa lagi dilanjutkan antara tetap melanjutkan karier atau fokus kepada kehidupan keluarga, tentu sebagai perempuan dan pasangannya, tetap harus ada kesepakatan yang sama-sama membuat perempuan dan pasangannya nyaman dan tenang dalam kehidupan rumah tangga. Jadi, ketika ada asumsi dan pandangan orang lain yang mengatakan hal begini dan hal begitu, itu sudah bukan ranah kamu dan pasangan karena fokusnya adalah kamu dan pasanganmu saja yang punya keputusan, tidak perlu orang lain untuk mencampuri apa yang menjadi hal yang membuatmu nyaman dan tenang dalam kehidupan rumah tangga dan keluarga kecilmu 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun