Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at riau islamic university | content writer | host podcast

hi, i'm anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here 💌🎀

Selanjutnya

Tutup

Love

Menggali Lebih Jauh: Memahami Avoidant dan Anxious Attachment Dalam Hubungan Modern

26 Agustus 2024   19:07 Diperbarui: 26 Agustus 2024   20:45 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Topik kali ini menarik untuk saya bahas karena ada beberapa hal yang baru saya sadari bahwa ternyata, ada tipe-tipe manusia yang dalam menjalin hubungan itu, ternyata secara keilmuan bisa dikenali dan akhirnya saya bisa jadi tahu, kenapa hal-hal itu bisa terjadi karena di dalam kehidupan sehari-hari saya pun menemukan kedua ciri tersebut pada orang-orang berbeda yang menurut saya perlu dibahas karena saya tertarik untuk menuliskan beberapa hal baru kepada teman-teman semua untuk sama-sama kita pelajari.

Awalnya, saya agak asing dengan tipe manusia yang avoidant dan anxious attachment karena ternyata ini sangat berkaitan erat dengan bagaimana manusia bisa menjalin hubungan secara sehat atau berelasi secara lebih baik ketika memang individunya sama-sama secure. Nah, bagaimana ketika dalam hubungan itu ternyata ada tipe avoidant dan anxious yang sedang menjalin hubungan, entah itu pendekatan, pacaran ataupun sebagai pasangan suami isteri. Tipe avoidant ini adalah seseorang yang akan selalu menghindar dan menjaga jarak dari banyak orang bahkan pasangannya sendiri, ketika ia sedang dalam kekhawatiran, ketakutan kerapuhan dan segala macam hal yang membuat dirinya harus menyelesaikan permasalahan itu dengan sendirian. 

Tipe avoidant akan menghindari keintiman dari pasangannya, seolah-olah permasalahan dalam hubungan itu secara keseluruhan apabila terjadi "apa-apa" atau "kenapa-kenapa" itu serta merta bukan kesalahan dirinya padahal sebenarnya ia sadar bahwa kesalahan dalam hubungan itu terjadi karena ulah dirinya hingga menyebabkan hubungan itu tidak berjalan dengan semestinya. Secara, gamblangnya tipe avoidant ini adalah seseorang yang tidak mau disalahkan walaupun dia sadar kesalahan itu terjadi karena dirinya dan ketika ia merasa sudah salah justru dia tidak akan introspeksi diri yang justru secara tiba-tiba ia akan menghindar dari pasangannya. Tentunya, tipe avoidant ini adalah seseorang yang akan kabur ketika permasalahan terjadi dalam hubungan.

Mereka, merasa terancam, tidak nyaman dan sebisa mungkin untuk menghindari ketegangan emosional yang terjadi, ketika hubungan itu sedang tidak baik-baik saja bahkan ketika hubungan baik-baik saja pun ia akan bisa switch up untuk tidak terlalu ketergantungan karena tipe avoidant ini termasuk yang merasa bisa sendiri, jadi ketika ditinggalkan pasangannya ia tidak mempermasalahkan namun juga pikirannya itu tetap merasa takut juga kehilangan pasangan, hanya saja hal itu tertunda karena merasa masih bisa sendiri dengan mencari cara sebagai mekanisme untuk menghindari pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan akibat dari terjadinya perpisahan.

Tipe avoidant ini, apabila pola perilakunya tidak dicoba untuk berubah maka orang seperti ini akan merasa bahwa introspeksi diri itu tidak terlalu penting karena mereka memang tidak mau berada di emosional yang tidak stabil sehingga ketika mereka merasa sudah berada di situasi dan kondisi yang genting sekali dalam hubungan itu, ditambah memang kesalahan itu dari dirinya maka sebisa mungkin ia akan sejauh mungkin menghindari pasangannya dan tidak akan pernah mendiskusikan pembahasan yang seberat itu untuk dibahas karena merasa bahwa dengan menghindari pasangan itu akan menyelamatkan dirinya karena memang satu-satunya hal yang dihindarinya adalah tidak mau disalahkan sehingga membentuk pertahanan diri dan cenderung tidak peduli terhadap permasalahan dalam hubungan.

Lalu, bagaimana dengan tipe anxious? Justru, ini adalah kebalikan dari tipe avoidant, dimana mereka adalah orang-orang yang sangat bergantung dan membutuhkan validasi dari pasangannya. Tipe anxious ini adalah orang-orang yang selalu membuat pola berpikir yang terlalu berlebihan karena emosionalnya yang harus selalu divalidasi secara konsisten oleh pasangannya dan jika terjadi pengabaian atau penolakan, disanalah tipe anxious merasa bahwa pasangannya tidak benar-benar mencintai dan menyayanginya sehingga mereka akan takut untuk merasa ditinggalkan oleh pasangannya yang itu membuat dirinya tidak siap untuk dalam keadaan kesepian dan sendirian.

Tipe anxious ini, kalau dalam hubungan termasuk orang-orang yang clingy terhadap pasangannya sehingga ia baru merasa aman dan terlindungi, ketika punya keterhubungan secara rutin dengan pasangannya seolah-olah memang mereka merasa tidak tenang ketika terlalu jauh dari pasangannya sehingga menjadikan mereka terlalu berlebihan yang padahal hubungan itu juga baik-baik saja namun karena tipe anxious ini tidak bisa mengatasi kecemasannya sendiri maka jadinya mereka akan selalu perlu untuk divalidasi perasaannya oleh pasangannya.

Sebenarnya, baik itu tipe avoidant ataupun anxious attachment, ini juga punya keterkaitan dengan adanya trauma masa kecil, dimana ketika dewasa baik tipe avoidant atau anxious itu membawa dirinya dengan pola perilaku yang sama, dimana tipe avoidant merasa ketika orang tua terbiasa mengabaikan dirinya maka mau tidak mau ia terpaksa sedari kecil menuntut diri sendiri untuk terbiasa sendiri maka ketika di dalam hubungan kalau pun akan ditinggalkan oleh pasangannya.

Maka, ia merasa itu tidak menjadi masalah begitu pun dengan tipe anxious ketika ia mengalami trauma masa kecil yang membuat dirinya tidak mendapatkan cukup kasih sayang dari orang tuanya maka ketika dewasa dan memasuki proses dalam hubungan ia akan selalu ketergantungan untuk mendapatkan kasih sayang dari pasangannya karena di waktu kecil ia tidak mendapatkan rasa sayang yang cukup dari orang tuanya sehingga ketika ia memiliki pasangan maka pasangannya harus selalu memvalidasi perasaannya terutama ketika ia cemas berlebihan.

Oleh karena itu, dalam menjalin hubungan baik seseorang yang tipe avoidant ataupun tipe anxious attachment masing-masing dari individu tersebut haruslah memperbaiki diri dan merubah dirinya untuk lebih bisa belajar secure attachment dalam sebuah hubungan dan hal itu bisa diatasi dengan menjadi pribadi yang lebih mengerti dan mempelajari diri sendiri ataupun bisa dibantu dengan pertolongan profesional seperti psikologi ataupun psikiater untuk memastikan bagaimana untuk tidak menerapkan pola perilaku berulang sebagai avoidant ataupun anxious attachment terhadap pasangan, yang mana pada akhirnya, selesai sama diri sendiri itu juga menjadi poin utama agar hubungan yang dijalankan bisa dirasakan tenang dan tetap memiliki progres pertumbuhan dan perkembangan yang baik di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun