Berdasarkan, kejadian dan peristiwa serta berita-berita yang beredar saat ini justru membuat banyak orang, terutama perempuan jadi skeptis untuk menikah bahkan memilih untuk tidak menikah di seumur hidupnya. Kejadian demi kejadian serta peristiwa yang nyata, tampak di penglihatan kita dengan juga banyaknya berita-berita yang menggambarkan dan mengilustrasikan bahwa faktanya hari ini, pernikahan yang tidak membahagiakan adalah kerugian terbesar bagi seorang perempuan.Â
Sebagai perempuan saya ikut berduka cita atas kejadian-kejadian yang dialami oleh banyaknya perempuan yang dalam pernikahannya seperti mengalami penyiksaan, penganiayaan dan perjalanan yang susah untuk keluar dari situasi yang sudah serba salah untuk akhirnya dipilih. Bertahan dengan setiap hari diperlakukan tidak manusiawi dengan alasan-alasan yang akhirnya mengorbankan dirinya sendiri menjadi sebuah kekejaman dan ketidakadilan yang diri sendiri seperti tidak akan sanggup menjalaninya tapi tetap berusaha sekuat tenaga bertahan dengan kondisi dan situasi yang benar-benar sudah tidak layak untuk dilanjutkan.
Di beberapa kasus, kebanyakan pernikahan yang sudah tidak sehat alasan paling banyak itu adalah karena anak-anak, yang kebanyakan perempuan takut anaknya tidak akan mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah. Tapi, pernahkah kita juga berpikir bahwa apakah anak yang melihat dan merekam kejadian demi kejadian pertengkaran orang tua itu merasakan bahwa dia tidak akan depresi dan frustrasi dengan kondisi keluarganya? Kebanyakan dari korban yang keluarganya broken home dalam hal ini tidak mendapatkan peran ayah membuat anak itu jadi punya kebencian tersendiri kepada orang tuanya dan itu akan tertanam di kepala dan hatinya karena dendam itu lama-lama terbentuk dengan melihat adegan perlakuan kasar dari ayahnya kepada ibunya yang terus berulang.
Makanya, banyak pihak tidak setuju apabila memang kondisi keluarga yang tidak kondusif dan tidak memberikan lagi kenyamanan kepada anak itu untuk diteruskan, dilanjutkan apalagi dipertahankan untuk bertahun-tahun karena percayalah bahwa itu akan mengganggu psikis anak sampai ia dewasa dan trauma yang ia bawa akanm bahkan seumur hidup. Jadi, memilih untuk berada di kondisi dan situasi pernikahan yang seperti itu dan merasa bahwa memelihara hubungan yang tidak sehat seperti itu adalah sebuah kebenaran, maka itu adalah sebuah kesalahan, yang akan banyak membuat pihak terluka termasuk anak-anak yang menyaksikan itu setiap hari.Â
Oleh karena itu, memang benar untuk seharusnya banyak orang tidak memburu-burui perempuan untuk segera menikah karena kebanyakan perempuan juga akhirnya terpaksa memilih menikah atas dasar diburu-burui banyak orang untuk segera menikah karena usianya yang tidak lagi muda. Menurut saya, dengan adanya kejadian-kejadian dan berita hari ini sebagai perempuan saya sangat terpukul dan terluka dengan tidak pernah menyangka sama sekali bahwa apakah sangking tidak berharganya perempuan harus diperlakukan seperti itu, yang padahal sebelum ia masuk ke dalam dunia pernikahan, perempuan itu adalah orang yang sangat baik, cantik, sholehah, berprestasi dan diperlakukan orang tuanya dengan mulia dan disayang dengan sepenuh hati.
Namun, setelah bertemu dengan laki-laki yang tidak layak dijadikan seorang pemimpin, perempuan itu menjadi seseorang yang tidak berharga dan sangat hina sehingga diperlakukan seperti binantang, miris dan menyedihkan sekali memang namun faktanya seperti itu adanya saat ini. Saat ini, saya melihat bahwa kebanyakan laki-laki tidak siap menikah tapi dengan percaya diri bisa memimpin keluarga kecilnya. Masih seperti bocah ingusan yang membawa agama sebagai dalil menghindari zina tapi tidak sadar diri bahwa dirinya sendiri pun, kadang kala masih seperti binatang liar yang tidak bisa mengendalikan diri akan nafsunya padahal dirinya manusia berakal bukan binatang.
Sebagai perempuan saya menentang keras perkataan bahwa "senakal nakalnya laki-laki pasti memilih perempuan yang baik untuk menjadi isteri dan ibu bagi anak-anaknya". Kenapa laki-laki seperti ini terlalu percaya diri bahwa perempuan baik yang menjaga kehormatannya dan menjaga dirinya sendiri itu juga sudi dan minat dengan laki-laki yang banyak mencicipi perempuan, punya karakter yang buruk, bermental miskin dan masih merasa ada yang menerima dirinya dengan apa adanya dengan segala keburukan yang melekat pada dirinya. Jangan bercanda, kau memalukan laki-laki yang bermental sehat, waras dan bertanggungjawab sebagai laki-laki.
Tapi, yang sangat disayangkan adalah bahwa banyak perempuan yang juga tertipu dengan laki-laki model seperti ini karena memang sebelum menikah banyak sekali bualan omong kosong dan janji-janji manis yang di ungkapkan oleh laki-laki seperti ini namun yang paling juga tidak disangka bahwa perempuan-perempuan yang seperti ini juga gampang menelan mentah-mentah apa yang laki-laki itu katakan. Hingga, sampai rela menyerahkan kehormatannya demi laki-laki biadab seperti ini dengan dasar atas nama cinta dan diiming-imingi sebuah pernikahan.
Sebagai perempuan saya sangat berpesan kepada banyaknya perempuan bahwa jadilah perempuan yang tetap memiliki ketegasan dan logika yang aktif. Istilahnya, jangan gampangan, digampangin dan menggampangkan sesuatu yang belum jelas arahnya seperti apa karena yang kita hadapi adalah manusia yang kita tidak tahu dia akan seperti apa kedepannya. Sebagai laki-laki bila kamu tidak siap untuk mengemban tanggung jawab yang besar dalam sebuah pernikahan maka jangan membawa anak perempuan orang lain dalam kehidupan yang penuh kesengsaraan dan ketidaklayakan.
Seharusnya bila pemikiranmu adalah untuk mengajak anak perempuan orang lain hidup bersamamu maka kamu perlu berpikir jangka panjang bahwa nantinya, bisakah kamu memberikan kehidupan yang juga membahagiakan ketika ia bersama orang tuanya? Karena, banyak juga perempuan yang rela meng-upgrade nilai dirinya sebagai perempuan untuk juga bekerja dari pagi sampai malam, fokus terhadap pendidikannya, yang menjaga kehormatannya dan itu dibentuk dalam dirinya, yang seharusnya sebagai laki-laki kamu jangan punya pikiran untuk menormalisasikan bahwa kamu bisa diterima untuk apa adanya karena begitupun perempuan tidak bisa diterima dengan apa adanya kecuali antara laki-laki dan perempuan itu adalah memiliki nilai yang setara atau saling menyetarakan.
Jikalau sebagai laki-laki kamu tidak bisa berubah dengan terbiasa menormalkan sikap, karakter dan tindakan buruk yang kamu tahu ini akan menghancurkan dirimu, terlebih kamu memberanikan diri untuk menikah, percayalah bahwa kamu sedang menghancurkan banyak orang, termasuk isteri dan anakmu karena yang akan menjadi pemimpin dalam rumah tangga tersebut adalah dirimu, jadi jikalau kamu tidak siap sebagai seorang laki-laki memimpin rumah tangga tersebut maka percayalah bahwa kapanpun kehancuran akan tercipta dalam kehidupan rumah tanggamu. Maka, dari itu sebagai laki-laki kamu harus siap untuk senantiasa memperbaiki dirimu dan bersikap sebagai laki-laki yang dewasa dan bertanggung jawab apabila kamu akan memasuki dunia pernikahan.Â
Oleh karena, itu jangan lagi menormalisasikan bahwa perempuan yang baik, yang menjaga kehormatannya, fokus pada pendidikannya, berprestasi dan memiliki karier yang baik akan juga menerima laki-laki yang biadab dan tidak bermoral karena itu adalah kesalahan besar dan lelucon yang tidak lucu karena kalau kamu mau mendapatkan isteri dan ibu yang baik maka dari dirimu juga harus punya mental untuk menjadi laki-laki yang mahal dan berkualitas karena itulah yang dikatakan setara bahwa keduanya saling menyetarakan bukan salah satunya. Jadi, berusahalah untuk banyak belajar menjadi laki-laki yang dewasa dan bertanggung jawab bukan hanya memiliki mental untuk dilayani tapi sebagai laki-laki kamu harus menuntut dirimu untuk punya kualitas yang layak untuk dihormati sebagai pemimpin yang dijadikan panutan dalam rumah tangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H