Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at riau islamic university | content writer | host podcast

hi, i am anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here ✨

Selanjutnya

Tutup

Love

Marriage is Scary: Dikotomi Salah Kaprah Laki-Laki dan Perempuan Sebelum Memasuki Dunia Pernikahan

9 Agustus 2024   22:10 Diperbarui: 9 Agustus 2024   22:11 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Berdasarkan judul artikel yang telah tertera, teman-teman pasti akan langsung terbaca topik ini bermula dari mana. Topik ini saya bahas disini karena beberapa hari terakhir beranda tik tok saya berisi seliweran berbagai macam jenis pemikiran yang benar-benar membawa orang-orang yang belum memasuki dunia pernikahan dengan perasaan khawatir dan was-was tapi barangkali banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan melalui banyaknya perspektif yang masuk dari video-video yang dibagikan, alih-alih merasa ketakutan malah justru saya semakin berani untuk mengatakan bahwa "saya akan semakin mempersiapkan diri" untuk menjadi yang terbaik bagi pasangan saya kelak, bukankah harusnya seperti itu?

Tidak ada salahnya untuk menjadi selektif. Untuk laki-laki maupun juga perempuan dalam memilih pasangan, tak ada yang membatasi hal tersebut karena memilih seseorang yang akan kita ajak berproses memperjuangkan sesuatu atau banyak hal dalam rumah tangga, tentu bukan orang yang sembarangan dan asal-asalan. 

Seharusnya wajar untuk dikatakan bahwa terlalu pemilih karena memang seharusnya begitu. Yang menarik untuk dibahas kali ini yaitu terkait dengan standar melalui trend "marriage is scary" yang akhir-akhir ini banyak muncul di beranda tik tok saya, yang kebanyakan di sana berisi ketakutan, kekhawatiran bahkan jadi ajang sindir-sindiran oleh banyak kaum perempuan untuk menyudutkan laki-laki.

Di beberapa video yang saya tonton dan baca tulisannya, kebanyakan perempuan akhirnya jadi membuat pandangan dan stigma sendiri terkait dengan bayangan-bayangan bahwa sulitnya menemukan laki-laki yang baik namun akhirnya standar dan trend seperti ini menjadi pembenaran bahwa kita sebagai perempuan seolah-olah tidak mau ikut berperan, untuk juga menjadi seorang isteri dan ibu yang baik, yang mana seolah-olah trend ini hanya menuntut laki-laki untuk menjadi seorang suami dan ayah yang baik tapi kita sebagai perempuan kelak ketika memasuki sebuah kehidupan rumah tangga, apakah tidak kita pertanyakan kepada diri sendiri bahwa bisakah kita juga berperan dan bertanggung jawab sebagai isteri dan ibu yang baik?

Namun, yang juga menarik saya temui di beberapa video yang mengatakan bahwa "marriage is scary" itu tidaklah benar karena justru perempuan tersebut menjalani kehidupan pernikahan yang luar biasa berkelimpahan dengan kebahagiaan sehingga mematahkan standar dari trend bahwa "marriage is scary" itu akan terjadi di setiap kehidupan pernikahan seorang perempuan. 

Tapi, walaupun banyak perempuan yang membagikan video-video terkait dengan trend "marriage is scary" tidak sedikit juga laki-laki yang memiliki ketakutan apabila tidak mendapatkan pasangan yang tepat untuk dirinya. Akhirnya, yang saya dapatkan adalah beberapa perdebatan-perdebatan saling menuntut kesempurnaan pada seorang manusia.

Bayangkan, jikalau kita sebagai manusia tidak punya prinsip sehingga kita gampang untuk dipengaruhi terhadap hal-hal yang tidak selalu benar ataupun belum tentu terjadi. Ketika orang lain mengatakan hal ini kita anggap itu benar tanpa kita telusuri lebih jauh, apakah ini relevan untuk kita terapkan dalam kehidupan kita, karena sekarang ini berbagai hal itu kalau tidak benar-benar kita lihat dan telusuri lebih jauh maka akan banyak hal yang salah kita pahami dan itu akhirnya menjadi sebuah masalah untuk diri kita sendiri.

Termasuk dalam trend "marriage is scary" yang sebenarnya ketika akan memasuki dunia pernikahan banyak hal yang sebelumnya perlu untuk dikomunikasikan, didiskusikan dan disepakati bersama dan jika pun akan ada perdebatan dan pertentangan, tentu perlu untuk dicari solusinya secara bersama bukan alih-alih membiarkan salah satu pihak untuk berpikir secara keras dalam menyelesaikan hal tersebut sendirian. 

Sebenarnya akan sangat menyenangkan dan seru ketika pernikahan itu diwarnai dengan hal-hal yang membahagiakan karena pasangan suami dan isteri yang saling bekerja sama bahu membahu menjalani kehidupan pernikahan dengan rasa cinta dan kasih sayang yang tulus dan besar antara suami dan isteri, yang mana akan terjalin secara alami dan terdorong sendiri dari pribadi masing-masing untuk menyenangkan dan membahagiakan pasanganya.

Jadi, seharusnya kita jangan berteriak-teriak soal pernikahan itu akan mengerikan dan menyeramkan karena tugas kita sekarang yakni mempersiapkan dan memperbaiki diri. Kita perlu untuk memberikan pikiran kita hal yang positif dengan berpikir yang baik. Apalagi kehidupan pernikahan itu adalah sebuah hal yang penuh saling bekerja sama antara pasangan, baik suami ataupun isteri yang melihat keadaan dan situasi bahwa kamu "perempuan" dan kamu "laki-laki" menjadi memberikan beban ganda ke salah satu pihak sehingga pihak lainnya merasa menjadi seorang pemalas itu adalah pilihan yang tepat sebagai pasangan yang padahal itu adalah sebuah kesalahan.

Oleh karena itu kita semua, baik laki-laki maupun perempuan harusnya tidak hanya pandai meneriaki satu sama lain dengan sebutan yang tak sepantasnya, mengharapkan kesempurnaan dari seorang pasangan yang kita tahu dia masih berproses maka tentunya perlu pelan-pelan untuk memahami dan mengerti serta saling mau belajar satu sama lain karena pondasi utama dari sebuah hubungan apalagi pernikahan adalah keduanya saling dan mau untuk bersama-sama dalam mencapai tujuan apapun untuk dicapai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun