Namun, tidak bisa pungkiri bahwa ada beberapa orang juga yang mengalami peristiwa dan kejadian dengan pasangan dan pernikahan yang tidak bernasib baik dan justru membuat saya ikut merasakan bagaimana aroma traumatis itu terasa sampai ke hati saya, hanya dengan mendengarkan dan membayangkan hal tersebut.
Tapi, sebagai manusia yang belum masuk di dunia pernikahan, saya jadi punya perspektif sendiri, terkait dengan hal-hal yang lebih saya soroti yakni konsep bagaimana menjadikan pernikahan itu sebagai sesuatu yang tidak menakutkan, seperti menghantui diri saya sendiri dengan asumsi-asumsi dari cerita, kejadian dan peristiwa yang orang lain alami.Â
Seharusnya, cerita, peristiwa dan kejadian yang saya dengar, entah itu pasangan dan pernikahan yang menyenangkan atau pasangan dan pernikahan yang tidak menyenangkan.
Itu sebagai sebuah gambaran dan ilustrasi milik orang lain, yang seharusnya membuat saya lebih sadar bahwa bisa jadi hal-hal yang menakuti dan menyeramkan itu tidak akan pernah terjadi.
Tapi, saya tidak ingin mengatakan bahwa sebuah pernikahan itu akan selalu menyenangkan walaupun nantinya saya akan menemukan pasangan yang tepat dan perjalanan pernikahan yang menyenangkan.Â
Dipersatukan dan bersama dengan seseorang yang akan bersama seumur hidup, tentu memiliki perbedaan dari sisi pemikiran, sikap dan budaya ketika masih sama-sama sendiri, yang akhirnya ketika masuk di dunia pernikahan tentu harus sama-sama menyeimbangkan apa yang dibawa dalam diri sendiri.Â
Barangkali, saya adalah orang yang tidak setuju bahwa ketika ingin masuk ke dunia pernikahan dengan rumah tangga yang perjalanannya tidak akan mudah.
Ini tentu menjadikan diri saya saat ini untuk tidak hanya memimpikan dan mengharapkan bahwa saya menerima diri saya apa adanya dengan modal nekad dan alasan-alasan yang sebenarnya membuat saya jadi tidak terlalu mempersiapkan diri.Â
Alasan-alasan yang menurut saya seharusnya tidak diikuti karena sebagai perempuan pun saya berusaha untuk berdiri di kaki saya sendiri untuk tidak hanya bergantung kepada seseorang yang nantinya akan menjadi pasangan saya.
Dalam hubungan orang dewasa, kadang kala kita adalah manusia-manusia yang sebenarnya tidak sedewasa itu. Ada kalanya kita akan merasakan bahwa bahkan orang yang kita sayang, ternyata tidak mau memahami dan mengerti apa yang kita rasakan.Â
Egoisme kita yang selalu harus terpenuhi padahal barangkali, pasangan kita juga sedang berusaha untuk memahami dan mengerti diri kita yang artinya pengendalian itu ada dalam diri kita sendiri bukan pasangan kita.Â