Sebagai manusia, barangkali yang menjadi ketakutan setiap orang untuk memberanikan diri memasuki kehidupan pernikahan adalah potret-potret kejadian yang tidak diharapkan dan tidak dibayangkan untuk terjadi.Â
Namun, menjadi sebuah kekhawatiran dan keresahan tersendiri, ketika menyaksikan beberapa orang lain bahkan orang-orang sekitar yang pernikahannya membuat diri kita tidak tertarik untuk masuk ke dalam dunia tersebut, karena terdengar seperti menyiksa dan menyedihkan.
Kadang kala, kita sebagai manusia yang sangat biasa-biasa saja, jadi mengukur diri kita sendiri untuk memastikan bahwa, apakah ketika kejadian atau peristiwa yang seharusnya tidak mau kita jalani.
Namun, ternyata menjadi sebuah hal yang harus dijalani dan dilewati dengan susah payah, yang menjadikan diri sendiri hilang arah dan akhirnya kehilangan diri sendiri.Â
Pastinya, kita kadang muak dan kesal dengan isi kepala kita sendiri, yang terlalu banyak memasukkan hal-hal yang seharusnya tidak dipikirkan, yang tentunya sangat beracun untuk kelangsungan hidup kita sendiri.
Beberapa kejadian dan beberapa peristiwa yang terlihat bahkan yang telah diceritakan kepada saya tentang bagaimana dunia pernikahan membuat saya jadi menyimpulkan bahwa "kesiapan kita untuk menikah" perlu untuk dipertanyakan kepada diri sendiri.Â
Mempertanyakan kepada diri sendiri bahwa sebagai pasangan, apakah kita siap bertanggung jawab dan berperan sebagai seseorang yang siap menanggung tanggung jawab tersebut?Â
Tanggung jawab untuk menjadi suami dan isteri yang baik serta ketika memiliki anugerah seorang atau beberapa orang anak, apakah kita bisa bertanggung jawab untuk menjadi orang tua yang baik untuk anak-anak kita?
Ketika orang-orang bercerita dengan antusias tentang pasangan dan perjalanan pernikahannya kepada saya yang ternyata tidak semengerikan dan semenyeramkan itu.
Saya ikut senang dan gembira mendengarkannya dan berharap menemukan dan menjalani perjalanan pernikahan bersama orang yang tepat untuk saya seperti orang-orang yang senang dengan perjalanan pernikahannya.Â