Bagi sebagian orang, olahan bebek dianggap memiliki aroma yang amis dan alot. Tapi, di tangan yang tepat, bebek bisa disulap menjadi hidangan lezat, empuk, dan tidak amis. Sebagai penggemar bebek goreng, saya cukup senang berkeliling, sekadar mengeksplorasi rasa sekaligus keplek ilat. Di Jakarta, ada tercatat ada dua 'pemain lama' yang sampai sekarang masih jadi idola. Adalah Bebek H. Slamet dan Bebek Kaleyo, yang tersebar di banyak tempat dan menurut pengamatan saya sih, semua cabang-cabangnya terlihat stabil keramaiannya. [caption id="attachment_303754" align="aligncenter" width="300" caption="Bebek H.Slamet"][/caption] Bebek H.Slamet mengusung tagline Khas Kertasura. Citarasa Jawa, sambal korek yang pedas, dan lalap daun pepaya memang bikin ngiler. Selain keempukan daging dan bumbu yang gurih nan meresap, alasan saya menyukai tempat ini adalah lalapan daun pepayanya. Dipadu sambal korek yang sepertinya berbahan dasar lombok setan, daun pepaya yang sudah netral tidak terlalu pahit ini jadi menambah selera. Satu porsi nasi, mana cukup? :p Selain suka olahan bebek goreng, di tempat ini saya mengidolakan bebek goreng remuk dan cakar goreng. Uenakkk. Minumannya? Bisa memesan es beras kencur yang dingin di mulut tapi hangat di perut. Karena saya tinggal di Ciledug, saya biasa makan di Bebek H. Slamet Joglo (Jakarta Barat) atau Bebek H. Slamet Bintaro. Pada Bebek Kaleyo, tadinya saya pikir memiliki citarasa Sumatra. Saya mengira, kaleyo itu sama dengan kalio alias rendang basah. Hehe.. Ternyata, kaleyo adalah kependekan dari 'kalih' yang artinya dua dalam Bahasa Jawa dan 'ayo', yang diartikan bahwa satu saja tidak cukup. [caption id="attachment_303755" align="aligncenter" width="300" caption="Bebek Cabe Ijo Kaleyo"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H